Emond Monte

Rika Agustin (Emond Monte)

Senin, 18 April 2011

Makam Keramat Cinunuk

Islam (dianggap juga salah seorang Wali) di daerah Garut. Makamnya terletak di Cinunuk Wanaraja.Makam tersebut terletak di sebelah barat Desa Cinunuk dalam sebuah bangunan (gedung) makam di atas sebidang tanah seluas 221 m2. Bangunan makam itu terdiri dari bangunan pokok, yang dijadikan tempat pekuburan Pangeran Papak luasnya 96Terletak di Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja. Makam yang keramat yaitu Makam Pangeran Papak, dia salah seorang penyebar Agama Islam terdapat beberapa peninggalan benda pusaka masa lalu seperti pedang, keris, goong, sadel kuda yangSebelum masuk ke makam, mandi sumur tujuh cinunuk dulu… mata air yang sangat segar ini dipercaya memiliki khasiat2 tertentu… biasanya para peziarah sebelum masuk ke makam Pangeran Papak mandi dulu disini… atau mungkin sekedar wudlu…Makam tersebut terletak di sebelah barat Desa Cinunuk dalam sebuah bangunan (gedung) makam di atas sebidang tanah seluas 221 m2. Bangunan makam itu terdiri dari bangunan pokok, yang dijadikan tempat pekuburan Pangeran Papak luasnya 96Pengaruh dari ajaran-ajaran Islam terhadap penduduk Garut bekembang dengan mendalam, sebagai peninggalan sejarah penyebaran agama Islam antara lain adanya makam Godog yang dikatakan sebagai makam keramat; yaitu makam Prabu Kiansantang penganut Nama Limbangan saat ini masih ada dan Senjata Pusaka pun masih ada pada keturunan Raden Wangsa Muhammad alias Pangeran Papak di Cinunuk Kabupaten Garut. Dalam sejarah Kabupaten Limbangan disebutkan bahwa Bupati Limbangan yang

sekali waktu saya pernah ke makam raden papak dan menginap di desa cinunuk terasa ajaran beliau masih ada dengan tidak ada perbedaan di antara sesama warga,suasana agamis begitu terasa sungguh ini menjadi suri teladan dan contoh yangPengaruh dari ajaran-ajaran Islam terhadap penduduk Garut bekembang dengan mendalam, sebagai peninggalan sejarah penyebaran agama Islam antara lain adanya makam Godog yang dikatakan sebagai makam keramat; yaitu makam Prabu Kiansantang penganut Nama Limbangan saat ini masih ada dan Senjata Pusaka pun masih ada pada keturunan Raden Wangsa Muhammad alias Pangeran Papak di Cinunuk Kabupaten Garut. Dalam sejarah Kabupaten Limbangan disebutkan bahwa Bupati Limbangan yang

Kawah Kamojang



Di Jawa Barat terdapat berbagai wisata hutan atau pergunungan dengan kawah-kawahnya yang memiliki berbagai keunikan. Misalnya di suatu kawasan pergunungan terdapat sumber air panas yang mengandung mineral yang berguna bagi penyembuhan berbagai penyakit.

Kawasan lain mungkin mempunyai potensi untuk bumi perkemahan (forest park ), ataupun penjelajahan hutan (forest adventure, forest hiking ). Kawah Kamojang sebagai taman wisata alam (TWA) di Jawa Barat memang masih belum pop­uler. Apalagi jika ia dibandingkan dengan TWA Kawah Putih di Ci­widey, atau apalagi Kawah Gunung Tangkuban Perahu (Lembang), dan Kawah Papandayan (Cisurupan),. TWA Kawah Kamojang yang ter­letak di perbatasan Kab. Bandung dan Garut ini masih kalah jauh pamornya.

Keberadaannya seakan tersembunyi di balik pipa-pipa berwarna perak yang menghubungkan lubang sumur uap milik Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang. Padahal, keelokannya sudah dike­tahui sejak tahun 1918. Saat itu seo­rang Belanda, J.B. Van Dijk melakukan perjalanan dan men­gusulkan pemanfaatan sumber en­ergi panas bumi di Kamojang yang tercatat memiliki lebih dari 25 lubang kawah.

Beberapa lubang lainnya lokasinya berpindah-pindah. Tawaran paling menantang ialah untuk berkun­jung ke Kawah Kamojang yang ber­jarak 38 km dari pusat Kota Ban­dung dan 25 km dari Kota Garut.  Bukan sekadar bau belerang yang menusuk hidung dan kepulan asap putih membumbung keluar dari lubang-lubang kawah tetapi berbagai suara khas yang dikeluar­kan dari masing lubang kawah.

Karena kekhasannya itulah be­berapa kawah dinamai berdasarkan suara. Seperti Kawah Manuk, dina­mai karena dalam satu areal kawah yang terdiri atas beberapa lubang mengeluarkan suara seperti burung (manuk). Kawah Kareta dinamai demikian karena bunyinya seperti bunyi kereta api yang sesekali diser­tai suara peluit. Ada juga Kawah Stik Gas yang mengeluarkan gas dari lubang tanah. Kemudian Kawah Leutak, bentuk kawahnya becek seperti rawa, Kawah Sakarat karena kawah tersebut berbunyi seperti orang yang sedang sekarat mau mati.

Selain itu, ada Kawah Kamojang, Kawah Berecek, Kawah Hujan, Kawah Beureum, dan lainnya. Umumnya wisatawan yang datang ke TWA Kamojang merasa tertarik kepada Kawah Hujan dan Kawah Beureum. Letak keduanya berdampingan. Kawah Hujan men­geluarkan semburan uap panas bu­mi dari lubang-lubang tanah dan turun kembali seperti jatuhnya air hujan. Semburan uap panas bumi dari lubang tanah di Kawah Hujan sewaktu-waktu cukup tinggi dan mengeluarkan percikan air seperti hujan yang indah dan menakjubkan.

Wisatawan sengaja duduk-duduk di bebatuan sekitar kawah dengan maksud merasakan air dan uap panasnya. Di tempat ini penulis, merasakan seperti mandi uap atau sauna. Menurut pak Koko yang menjadi pawang di kawasan kawah Kamojang dan yang membimbing kami ke kawah ini, semburan asap alam yang penuh kandungan mineral ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Penyakit itu  antara lain penyakit kulit, reumatik, asam urat, kolesterol, kelebihan lemak badan, jantung dan kanker paru-paru.

Setelah selesai 15 menit merasakan semburan uap agak panas ini ternyata penulis merasakan kesegaran dan kenyamanan tubuh yang sukar digambarkan. Di samping kawah hujan ini ada lagi jenis semprotan air panas yang keluar dari lubang-lubang kecil yang digunakan untuk terapi seperti apukuntur. Badan kita yang oleh pak Koko diminta untuk membelakangi semburan, tiba-tiba memperoleh semprotan air panas ke sekitar tubuh kita, mulai dari ujung kaki sampai ke kepala.

Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum akupuntur. Semula agak sakit karena panas. Tapi lama-lama terasa nikmat juga. Sangat menyegarkan setelah selesai 15 menit disemprot air panas kawah yang satu ini. Memperoleh semburan uap panas bumi, serta tusukan air panas ala akupuntur tadi, banyak dirasakan wisa­tawan sebagai pengalaman unik dan penuh sensasi. Kita akan merasakan pengalaman yang mendebarkan, menegangkan, sekaligus merasa khawatir sewaktu-waktu lubang-lubang kawah dengan suara bergemuruh memuntahkan isinya.

Saya sempat berbincang-bincang dengan seorang turis Australia. Katanya  ia baru pertama kalinya datang ke tempat ini. Dia sangat terkesan dapat menikmati mandi sauna uap kawah di samping keindahan alam pergunungannya. It’s so fantastic, and hopely I’ll return to this place as soon as possible. Demikian katanya sewaktu berdampingan dengan penulis menikmati sauna alam kawah Hujan di Kamojang.

Selain itu pengunjung juga dapat mencoba menggunakan lumpur lulur Kamojang. Di beberapa sudut kawah terdap­at sumber lumpur belerang yang mendidih berwarna abu-abu menyembul dari dalam tanah.
Menurut pak Koko dan penduduk setempat lumpur ini berkhasiat untuk kese­hatan kulit. Bahkan sejak dahulu, sering digunakan untuk member­sihkan kulit kokoloteun dan ke­tombe di kulit kepala.
Selepas berlu­lur lumpur berendam di air panas menjadi pilihan yang wajib di­lakukan. Ada beberapa kamar man­di yang disewakan.

Perjalanan menuju Kawah Kamojang merupakan perjalanan wisata yang cukup menyenangkan baik melalui Majalaya ke Ibun Paseh, maupun melalui Kota Garut seterusnya ke Samarang. Pemandangan pegunungan serta perkebunan sayur-sayuran warga cukup menyejukkan mata. Agro wisata yang sangat potensial terdapat di setiap lereng-lereng pergunungan.

Di lapangan parkir terdapat beberapa warung makan dan minuman. Di warung paling ujung milik pak Koko dijual minuman berkhasiat yaitu air rebusan lame koneng yang berfungsi seperti jamu. Rasanya sepet agak pahit. Katanya jamu itu dapat menyembuhkan berbagai penyakit antara lain tekanan darah tinggi, penyakit gula, dan lemah syahwat. Khasiatnya tidak jauh berbeda dengan rebusan akar naga atau akar pasak bumi pada beberapa tempat lain. Harganya cukup murah hanya 500 rupiah per gelas.

Selain itu disetiap warung tersedia pula minuman khas daerah sana yaitu bandrek. Ada pula warung makan sederhana yang menjual makanan seperti nasi liwet beserta lauk pauknya. Tidak jauh dari warung-warung tersebut terdapat pula beberapa kamar mandi air panas dan toilet.

Ada beberapa masalah yang perlu segera diperbaiki dalam manajemen objek wisata Kawah Kamojang ini, antara lain:
1.    Petunjuk jalan ke kawasan wisata ini kurang jelas. Bahkan ada beberapa papan petunjuk yang mengaburkan misalnya “Dilarang Masuk Tanpa Izin”, serta “Dilarang Merokok” dan sebagainya” Namun tidak jelas daerah mana yang tidak boleh dimasuki itu. Sehingga penulis sendiri pada waktu pertama kali berkunjung ke objek wisata ini terpaksa bertanya ke sana-sini, sampai-sampai kendaran terpaksa berputar bolak-balik.
2.    Jalan masuk ke daerah objek wisata taringgul alias jelek karena banyak berbatu-batu dan tak terurus. Padahal biaya masuk cukup mahal. Per orang dipungut biaya 5.000 rupiah dan untuk kendaraan 5.000 rupiah per mobil. Biaya mandi per orang 2.500 rupiah serta toilet 1.000 rupiah.
3.    Kurang terdapatnya promosi baik di kawasan wisata maupun di Kabupaten Bandung dan Garut, mengenai keunikan objek wisata Kawah Kamojang ini. Yaitu promosi kawasan itu sebagai Wisata Kesehatan, Wisata Alam, Wisata Agro, Wisata Kuliner, Bumi Perkemahan maupun Perambahan Hutan (forest hiking). Mudah-mudahan hal-hal tersebut akan mendapat perhatian para pengelola wisata, baik pihak Pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Minggu, 17 April 2011

Kampung Dukuh

Kampung Dukuh-Pariwisata Garut :Kampung Dukuh merupakan desa dengan suasana alam dan tradisi yang dilandasi yang pia budaya religi yang kuat. Masyarakat Kampung Dukuh mempunyai pandangan hidup yang berdasarkan pada sufusme pada Mazhab Imam Syafii. Landasan budaya tersebut berpengaruh pada bentukan fisik desa tersebut serta adat istiadat masyarakat. Masyarakat Kampung Dukuh sangat menjunjung keharmonisan dan keselarasan hidup bermasyarakat. Paham ini berpengaruh pada bentukan bangunan di Kampung Dukuh yang tidak menggunakan dinding dari tembok dan atap dan genteng serta jendela kaca. Hal ini menjadi salah satu aturan yang dilatarbelakangi alasan bahwa hal yang berbau kemewahan akan mengakibatkan suasana hidup bermasyarakat menjadi tidak harmonis. Di kampung ini tidak diperkenankan adanya listrik dan barang-barang elektronik lainnya yang dipercaya selain mendatangkan manfaat juga mendatangkan kemudaratan yang tinggi pula. Alat makan yang dianjurkan terbuat dari pepohonan seperti layaknya bangunan, misalnya bambu batok kelapa dan kayu lainnya. Material tersebut dipercaya lebih memberikan manfaat ekonomis dan kesehatan karena- bahan tersebut tidak mudah hancur atau pecah dan dapat menyerap kotoran. Pola budaya juga berpengaruh pad a aspek non fisik seperti ritual budaya , diantaranya : Ngahaturan Tuang. Kegiatan yang dilakukan masyarakat Kampung Dukuh atau pengunjung yang berasal dari luar apabila mereka memiliki keinginan-keinginan tertentu seperti kelancaran usaha, perkawinan, jodoh, dengan cara memberikan banan rr.akanan seperti garam, telur ayam, kelapa, kambing atau barang/mahluk lainnya sesuai kemampuan Nyanggakeun. Nyangggakeun merupakan suatu kegiatan penyerahan sebagian hasii pertanian kepada kuncen untuk diberkahi. Masyarakat tidak diperbolehkan memakan hasil panen sebelum melakukan kegiatan nyanggakeun.
Tilo Waktos. Ritual ini hanya dilakukan oleh Kuncen yaitu membawa makanan ke dalam Bumi Alit atau bumi Lebet untuk tawasul. Kuncen membawa sebagian makanan ke Bumi Alit lalu berdoa, dilakukan pad a hari raya 1 Syawal, 10 Rayagung, 12 Maulid, dan 10 Muharam.
Manuja. Penyerahan bahan makanan dari hasil bumi kepada Kuncen untuk diberkahi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha untuk maksud perayaan Mares. Kebiasaan menyerahkan hasil bumi yang dimiliki kepada aparat pemerintah seperti Lurah dan Camat.
Cebor Opat Puluh. Mandi dengan empat puluh kali siraman dengan air dari pancuran dan dicampur dengan air khusus yang telah diberi doa-doa pada jamban umum.
Jaroh. Merupakan suatu aktivitas keagamaan yang berbentuk ziarah ke makam Syekh Abdul Jalil tetapi sebelumnya harus melakukan mandi ceor opat puluh dan mengambil air wudhu serta menanggalkan semua perhiasan dan menggunakan pakaian yang tidak bercorak.
Shalawatan. Dilakukan pada hari Jurnat di rumah Kuncen. Shalawatan Karrl)ilah sejumlah 4444 yang dihitung dengan menggunakan batu Sebelasan. Dilakukan setiap tanggal 11 dalam perhitungan bulan Islam dengan membaca Marekah
Terbang Gembrung. Kegiatan terban gembrung ini dilakukan pada tanggal12 Maulud yang dilakukan para orang tua Kampung Dukuh.
Terbang Sejak. Merupakan suatu pertunjukkan pada saat perayaan seperti khitanan, dan pernikahan, ditampilkan pertunjukkan debus.
Selain hal di atas, terdapat beberapa hari besar di Kampung Dukuh seperti 1 Syawal, 10 Rayagung, 12 Maulid, dan 10 Muharam. Sedangkan hari-hari penting diantaranya, Sabtu (pelaksanaan ziarah), Rebo Welasan (hari terakhir bulab Sapar dimana semua sumber air, yang digunakan masyarakat diberi jimat sebagai penolak bala, dan biasanya diwajibkan mandi), 14 Maulud (tanggal ini dipercaya sebagai hari baik untuk menguji dan mencari ilmu kepada guru dengan melakukan cebor opat puluh.
Aspek Khusus
Tidak terdapat fasilitas wisata di Objek Wisata Kampung Dukuh.
Aksesibilitas
Untuk pencapaian ke Kampung. Dukuh dapat mempergunakan ojeg dari jalan akses dengan biaya Rp 7,000. atau kendaraan microbus dengan tarif Rp 5,000 dari kecamatan Pameungpeuk. Jarak yang ditempuh untuk mencapai Kampung Dukuh adalah 7 km dari ruas jalan Pameungpeuk – Cikelet Garut bagian selatan (garsel)dengan lebar jalan berkisar 5-6 meter. Perjalanan dilanjutkan dengan jalan menuju kampung Dukuh sepanjang 2 km berupa jalan desa.
aktivitas 7 perkumpulan atau sanggar seni dan budaya. Ketujuh sanggar seni dan budaya tersebut memiliki 52 orang anggota.
Sumber : Pariwisata Garut

Golf Course Flamboyan

Golf Course Flamboyan

Lingkungan Alam Fisik
Golf Course Flamboyan merupakan objek wisata buatan manusia yang berlokasi di Jalan Raya Tasikmalaya km 7, Desa Ngamplang Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Kepemilikan padang golf ini berada di tangan Oephankam, dan pengelolaanya diserahkan kepada Korem 02 Tarumanegara. Pada awalnya lapangan golf ini merupakan tanah bekas peninggalan Kolonial Belanda.
Luas keseluruhan area golf ini 27 ha, dengan area terbangun seluas 25 ha, dan area terbuka 2 ha. Kualitas lingkungan dengan dan bentang alamnya yang cukup baik..
Batas administrasi dari Golf Course Flamboyan ini adalah sebagai berikut:
Utara : Desa Ngamplang Sari
Barat : Desa Kolot
Selatan : Desa Pasanggrahan
Timur : Desa Sukanegla

Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di kawasan ini pada umumnya berupa aktivitas olah raga. Aktivitas lainnya adalah bernostalgia yang umumnya dilakukan oleh wisatawan dari Belanda, mengingat lapangan golf ini dalam sejarahnya merupakan milik pemerintah Belanda.

Aspek Khusus
Lapangan Golf Flamboyan memiliki fasilitas pendukung berupa: . Gerbang masuk kawasan yang sedang dalam tahapan renovasl. . 2 buah toilet umum yang dilengkapi dengan ruang ganti.
. 13 buah shelter yang berada di setiap hole dan di depan kawasan . padang golf, 2 buah tapangan tennis, 1 buah lapangan bola volley . 1 buah tempat ibadah, 1 buah ruang tunggu
. Fasilitas akomodasi di Hotel Ngamplang.
Sarana lainnya yaitu berupa jalan menuju kawasan ini yang dapat dilalui kendaraan piibadi dengan lebar jalan 5 m dan berjarak 300 m. Untuk tempat parkir terdapat 2 buah parking lot dengan daya tampung sekitar 50 buah kendaraan pribadi yang kondisinya cukup baik dan permukaannya dilapisi aspal.

Aksesibilitas
Wisatawan yang akan mengunjungi golf course ini dapat mempergunakan kendaraan pribadi dari Garut mengambil rute ke arah Tasikmalaya dengan jarak tempuh kira-kira 30 menit, atau menggunakan kendaraan umum (angkot) Garut-Cilawu dengan harga Rp.1.500,- .Altematif lain dengan adalah menggunakan bus dari Bandung - Tasikmalaya dengan biaya Rp.12.000.-.

Perkebunan teh dayeuh manggung



Lingkungan Alam Fisik
Perkebunan ini terletak di Desa Subatan Kecamatan Cilawu dan dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PTP Nusantara VIII Persero. Konfigurasi lahan umumnya berbukit, dengan kemiringan lahan yang agak curam.
Tingkat visabilitas yang ada sangat bebas sehingga kita bisa menyaksikan pemandangan kebun teh yang sangat indah dengan tingkat kebisingan yang rendah karena pabrik pengolahan teh yang menimbulkan suara bising tersebut terdapat di bagian bawah dari perkebunan. Adapun flora dominan adalah pohon teh dan pohon pinus.
Batas administrasi dari Perkebunan Teh Dayeuh Manggung ini
adalah sebagai berikut :
Utara : Desa Sukamaju
Barat : Desa Sindang Sari
Selatan : Desa Wangun Jaya
Timur : Kabupaten Tasik
Aktivitas yang dapat dilakukan di perkebunan ini adalah tracking, hiking, rekreasi hutan, piknik dan bersunyi-sunyi (spooning nook). Pada umumnya pengunjung yang datang ke tempat ini adalah wisatawan domes!ik dari Garut dan Tasikmalaya dan wisatawan mancanegara berkebangsaan Belanda dan Jepang. Mereka datang karena ingin bernostalgia diperkebunan ini mengingat perkebunan ini dalam sejarahnya pemah dimiliki oleh Pemerintahan Belanda dan Jepang.

Aspek Khusus
Fasilitas yang tersedia berupa tempat parkir yang berada di depan kantor Perkebunan Teh Dayeuh Manggung dengan kapasitas sekitar 20 kendaraan pribadi, dan dilapisi aspal dengan kondisi yang baik.
Fasilitas lainnya berupa pintu masuk dengan kondisi yang baik. Sedangkan untuk fasilitas tempat ibadah berada di pemukiman penduduk. Di perkebunan ini tidak terdapat fasilitas akomodasi dan makan minum, sehingga pengunjung umumnya merujuk ke Hotel Ngamplang sebagai fasilitas akomodasi dan Rumah Makan Megawati untuk fasilitas makan minum.

Aksesibilitas
Jarak perkebunan ini ke ibukota kecamatan ? 6 km, sedangkan dari ibukota Kabupaten Garut ? 15 km. Jalan menuju ke perkebunan ini memiliki lebar sekitar 5 m, dan jalan akses menuju kawasan perkebunan sepanjang 3 km memiliki leber jalan sekitar 3 m.
Tarif angkutan umum dari Garut menuju perkebunan ini berkisar antara Rp.1.500,-/orang. Sedangkan untuk menuju obyek dapat mempergunakan ojeg dengan tarif Rp.3.000,-/orang.

Curug Cihanyawar



Curug Cihanyawar ini terletak di Desa Sukamumi Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut dan berada pada ketinggian 1.000 m dpl. Oaya tarik utamanya adalah air terjun dengan ketinggian 16 m. Sumber air Curug Cihanyawar berasal dan aliran air Gunung Cipadaruun yang berasal dari mata air Cikuray.
Curug Cihanyawar berada dibawah pengelolaan PTP Nusantara VIII dan warga Desa Sukamurni. Walaupun lokasinya berada di perbatasan antara tanah milik PTP Nusantara VIII dan tanah milik masyarakat Desa Sukamurni, tetapi secara legal formal kepemilikannya berada pada tangan PTP Nusantara VIII Perkebunan Dayeuh Manggung, dan termasuk ke dalam blok perkebunan Cipang dengan luas keseluruhan 12,57 ha. Kondisi fisik secara umum berbukit-bukit dengan kemiringan lahan yang curam. lahan sekitar curug ini merupakan daerah pertanian dan perkebunan palawija masyarakat seternpat.
Flora dominan di kawasan ini adalah pohon pinus, lisamara, dan pohon kawung, sedangkan fauna didominasi oleh babi hutan, ular, musang, tupai dan berbagai jenis burung.
Curug Cihanyawar memiliki batas administrasi sebagai benkut:
     Utara     : Desa Sukamaju
     Selatan     : Desa Wangun Jaya
     Barat     : Desa Sindangsari
     Timur     : Kabupaten Tasikmalaya.
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di air terjun Cihanyawar antara lain tracking, rekreasi/piknik, menikmati pemandangan dan fotografi

Di Curug Cihanyawar belum banyak dikernbangkan fasilitas pendukung kegiatan wisata, adapun fasilitas pendukung yang tersedia berupa 5 buah shelter yang terletak ? 50 m dari air terjun dan tempat ibadah berupa musholla dan masjid yang terletak di pemukiman penduduk. Di sekitar objek wisata ini belum tersedia fasilitas akomodasi dan makan minum, namun pengunjung dapat tinggal di Hotel Ngamplang yang terletak di Jalan Raya Tasikmalaya dengan jarak ? 2,5 km dari pusat Kecamatan Cilawu. Fasilitas rumah makan terdekat dari lokasi objek ini adalah Rumah Makan Megawati yang terletak di Jalan Raya Cigarangsang No. 42, Kecamatan Cilawu.

Untuk mencapai lokasi air terjun Cihanyawar dapat digunakan kendaraan pribadi atau angkutan kota rute terminal Guntur-Bojongloa dengan tarif Rp.2.000,- per orang dan menggunakan alat transportasi lain seperti microbus rute Garut-Singapama dengan tarif Rp.6.000,-per orang. Pencapaian ke lokasi Curug Cihanyawar dari akhir jalan akses, pengunjung dapat menggunakan ojeg dengan tarif Rp.1.500 - Rp.3.000,- per orang. Jalan menuju ke air terjun didukung oleh jenis jalan Kecamatan dengan lebar 2,5 m dan kondisi yang cukup baik.

Talaga bodas

Garut memang sudah terkenal dengan dodolnya yang kini semakin inovatif dengan bermacam-macam rasa buah. Tapi kalau mau mengenal lebih jauh, pastilah akan setuju kalau yang indah dari garut bukan hanya dodol.
Talaga Bodas adalah salah satu bukti bahwa pesona Garut bukan hanya dodol. Hari itu sabtu yang kedua di tahun 2009, kabut menutupi matahari dari pandangan ketika saya tiba di bibir talaga bodas. Saya membiarkan guide saya yang juga tukang ojek saya kembali ke Pos untuk menitipkan sepeda motornya, sementara saya langsung sibuk membidikkan pemotret Nikon berlensa standar di genggaman saya. Tidak ada orang lain yang terlihat di sekeliling danau, sekalipun terdengar teriakan yang bergaung, terpantul berulang kali di antara bukit-bukit yang mengelilingi tempat itu.
Puncak-puncak bukit sudah mulai terselimuti kabut yang bergerak turun, namun tidak terlihat tanda-tanda akan hujan. Ini masih baik, walaupun langit tak tampak sama sekali, alam masih menyambut baik kedatangan kami. Seluruh permukaan danau dan sekelilingnya masih terlihat jelas untuk diabadikan ke dalam kartu memori data digital. Namun saya harus bergegas sebab cuaca di gunung dapat berubah dengan cepat.
Perjalanan menelusuri pantai talaga dimulai ke arah kiri. Kali ini perkenankan saya menggunakan kata kiri kanan untuk penunjuk arah, bukan utara selatan timur barat. Jalur pendakian yang berkelok-kelok telah merusak sistem orientasi bawah sadar saya, apalagi sistem navigasinya. Sementara matahari belum nampak, dan tak ada tumbuhan besar berlumut untuk acuan arah timur-barat seperti yang diajarkan dalam kelas-kelas Navigasi Darat atau Survival.
Hanya beberapa langkah mengikuti tepi telaga, semburan air hangat dari bawah pasir disertai letupan-letupan khas gunung berapi mengalihkan perhatian dan fokus kamera saya selama beberapa saat. Namun guide saya mengingatkan, di depan sana masih banyak yang lebih besar dan menarik. Baiklah, saya percaya, maka kami melanjutkan berjalan kaki.
Setelah sekitar seperempat tepi danau kami jalani, kami menjumpai sisi bukit yang seperti terkelupas. Ini sisa letusan yang tetap tidak ditumbuhi tanaman. Seperti lereng gunung papandayan yang terbelah ketika letusan tahun 2003, tempat ini juga dipenuhi sumur-sumur lumpur panas (tapi bukan lapindo) dengan bau khas belerang. Saya mencoba mendaki sedikit bagian bukit yang gundul, lalu memotret pemandangan telaga dari atas. Fotonya ada di bawah. Setelah puas memotret, saya mengajak si guide istirahat sebentar sambil menikmati panorama telaga. Saya lalu menyodorkan satu dari dua botol minuman kemasan kepadanya, serta menawarkan makanan kecil dari coklat. Lalu perjalanan diteruskan.
Ketika hampir tiba di tepi danau yang berseberangan dengan tempat kami datang, terdengar bunyi seperti air terjun dari arah pepohonan. Ketika didekati, ternyata benar ada air terjun kecil di dekat bekas bivak yang baru ditinggalkan penghuninya. Di sini tentunya sumber air minum untuk mereka yang camping. Tidak jauh dari sana terdapat dua kolam penampungan air panas (panas bukan lagi hangat) serta pancurannya. Di sini tempat mandi atau berendam, kata guide. Tidak terpikir untuk mandi apalagi berendam karena selain tidak ada persiapan, temperatur air di sini melebihi batas toleransi lapisan dermis di badan saya. Belum lagi ketika melihat ke arah air pancuran mengalir, terdapat setumpuk besar celana dan celana dalam bekas orang-orang yang mandi dan berendam. Akh, mengotori gunung dan telaga saja.
Dari sini kami melanjutkan perjalanan melalui jalan setapak di antara rerumputan yang setinggi badan. Lalu kami menemukan dengan lima orang yang sedang duduk di sekitar perapian dan sibuk menjagal daging binatang seukuran kambing muda atau anjing. Tanpa bermaksud mengganggu, kami hanya permisi dan berlalu, meneruskan perjalanan hingga tiba kembali di tempat kami memulai mengelilingi danau. Ketika selesai mengelilingi danau, dua pengendara motor ala trail tiba di telaga, berhenti sebentar mengamati jalanan, lalu memacu lagi motornya yang meraung memecah kesunyian suasana telaga sore itu. Ketika itu, kabut telah turun lebih jauh menutupi pandangan ke arah danau.
Kami berjalan kembali ke arah pos, berbasa-basi dengan penjaga, lalu berpamitan. Demikianlah cerita dari talaga bodas. Berikut fotonya, dapat diklik untuk melihat foto yang lebih besar.
Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat