Emond Monte

Rika Agustin (Emond Monte)

Senin, 18 April 2011

Makam Keramat Cinunuk

Islam (dianggap juga salah seorang Wali) di daerah Garut. Makamnya terletak di Cinunuk Wanaraja.Makam tersebut terletak di sebelah barat Desa Cinunuk dalam sebuah bangunan (gedung) makam di atas sebidang tanah seluas 221 m2. Bangunan makam itu terdiri dari bangunan pokok, yang dijadikan tempat pekuburan Pangeran Papak luasnya 96Terletak di Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja. Makam yang keramat yaitu Makam Pangeran Papak, dia salah seorang penyebar Agama Islam terdapat beberapa peninggalan benda pusaka masa lalu seperti pedang, keris, goong, sadel kuda yangSebelum masuk ke makam, mandi sumur tujuh cinunuk dulu… mata air yang sangat segar ini dipercaya memiliki khasiat2 tertentu… biasanya para peziarah sebelum masuk ke makam Pangeran Papak mandi dulu disini… atau mungkin sekedar wudlu…Makam tersebut terletak di sebelah barat Desa Cinunuk dalam sebuah bangunan (gedung) makam di atas sebidang tanah seluas 221 m2. Bangunan makam itu terdiri dari bangunan pokok, yang dijadikan tempat pekuburan Pangeran Papak luasnya 96Pengaruh dari ajaran-ajaran Islam terhadap penduduk Garut bekembang dengan mendalam, sebagai peninggalan sejarah penyebaran agama Islam antara lain adanya makam Godog yang dikatakan sebagai makam keramat; yaitu makam Prabu Kiansantang penganut Nama Limbangan saat ini masih ada dan Senjata Pusaka pun masih ada pada keturunan Raden Wangsa Muhammad alias Pangeran Papak di Cinunuk Kabupaten Garut. Dalam sejarah Kabupaten Limbangan disebutkan bahwa Bupati Limbangan yang

sekali waktu saya pernah ke makam raden papak dan menginap di desa cinunuk terasa ajaran beliau masih ada dengan tidak ada perbedaan di antara sesama warga,suasana agamis begitu terasa sungguh ini menjadi suri teladan dan contoh yangPengaruh dari ajaran-ajaran Islam terhadap penduduk Garut bekembang dengan mendalam, sebagai peninggalan sejarah penyebaran agama Islam antara lain adanya makam Godog yang dikatakan sebagai makam keramat; yaitu makam Prabu Kiansantang penganut Nama Limbangan saat ini masih ada dan Senjata Pusaka pun masih ada pada keturunan Raden Wangsa Muhammad alias Pangeran Papak di Cinunuk Kabupaten Garut. Dalam sejarah Kabupaten Limbangan disebutkan bahwa Bupati Limbangan yang

Kawah Kamojang



Di Jawa Barat terdapat berbagai wisata hutan atau pergunungan dengan kawah-kawahnya yang memiliki berbagai keunikan. Misalnya di suatu kawasan pergunungan terdapat sumber air panas yang mengandung mineral yang berguna bagi penyembuhan berbagai penyakit.

Kawasan lain mungkin mempunyai potensi untuk bumi perkemahan (forest park ), ataupun penjelajahan hutan (forest adventure, forest hiking ). Kawah Kamojang sebagai taman wisata alam (TWA) di Jawa Barat memang masih belum pop­uler. Apalagi jika ia dibandingkan dengan TWA Kawah Putih di Ci­widey, atau apalagi Kawah Gunung Tangkuban Perahu (Lembang), dan Kawah Papandayan (Cisurupan),. TWA Kawah Kamojang yang ter­letak di perbatasan Kab. Bandung dan Garut ini masih kalah jauh pamornya.

Keberadaannya seakan tersembunyi di balik pipa-pipa berwarna perak yang menghubungkan lubang sumur uap milik Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang. Padahal, keelokannya sudah dike­tahui sejak tahun 1918. Saat itu seo­rang Belanda, J.B. Van Dijk melakukan perjalanan dan men­gusulkan pemanfaatan sumber en­ergi panas bumi di Kamojang yang tercatat memiliki lebih dari 25 lubang kawah.

Beberapa lubang lainnya lokasinya berpindah-pindah. Tawaran paling menantang ialah untuk berkun­jung ke Kawah Kamojang yang ber­jarak 38 km dari pusat Kota Ban­dung dan 25 km dari Kota Garut.  Bukan sekadar bau belerang yang menusuk hidung dan kepulan asap putih membumbung keluar dari lubang-lubang kawah tetapi berbagai suara khas yang dikeluar­kan dari masing lubang kawah.

Karena kekhasannya itulah be­berapa kawah dinamai berdasarkan suara. Seperti Kawah Manuk, dina­mai karena dalam satu areal kawah yang terdiri atas beberapa lubang mengeluarkan suara seperti burung (manuk). Kawah Kareta dinamai demikian karena bunyinya seperti bunyi kereta api yang sesekali diser­tai suara peluit. Ada juga Kawah Stik Gas yang mengeluarkan gas dari lubang tanah. Kemudian Kawah Leutak, bentuk kawahnya becek seperti rawa, Kawah Sakarat karena kawah tersebut berbunyi seperti orang yang sedang sekarat mau mati.

Selain itu, ada Kawah Kamojang, Kawah Berecek, Kawah Hujan, Kawah Beureum, dan lainnya. Umumnya wisatawan yang datang ke TWA Kamojang merasa tertarik kepada Kawah Hujan dan Kawah Beureum. Letak keduanya berdampingan. Kawah Hujan men­geluarkan semburan uap panas bu­mi dari lubang-lubang tanah dan turun kembali seperti jatuhnya air hujan. Semburan uap panas bumi dari lubang tanah di Kawah Hujan sewaktu-waktu cukup tinggi dan mengeluarkan percikan air seperti hujan yang indah dan menakjubkan.

Wisatawan sengaja duduk-duduk di bebatuan sekitar kawah dengan maksud merasakan air dan uap panasnya. Di tempat ini penulis, merasakan seperti mandi uap atau sauna. Menurut pak Koko yang menjadi pawang di kawasan kawah Kamojang dan yang membimbing kami ke kawah ini, semburan asap alam yang penuh kandungan mineral ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Penyakit itu  antara lain penyakit kulit, reumatik, asam urat, kolesterol, kelebihan lemak badan, jantung dan kanker paru-paru.

Setelah selesai 15 menit merasakan semburan uap agak panas ini ternyata penulis merasakan kesegaran dan kenyamanan tubuh yang sukar digambarkan. Di samping kawah hujan ini ada lagi jenis semprotan air panas yang keluar dari lubang-lubang kecil yang digunakan untuk terapi seperti apukuntur. Badan kita yang oleh pak Koko diminta untuk membelakangi semburan, tiba-tiba memperoleh semprotan air panas ke sekitar tubuh kita, mulai dari ujung kaki sampai ke kepala.

Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum akupuntur. Semula agak sakit karena panas. Tapi lama-lama terasa nikmat juga. Sangat menyegarkan setelah selesai 15 menit disemprot air panas kawah yang satu ini. Memperoleh semburan uap panas bumi, serta tusukan air panas ala akupuntur tadi, banyak dirasakan wisa­tawan sebagai pengalaman unik dan penuh sensasi. Kita akan merasakan pengalaman yang mendebarkan, menegangkan, sekaligus merasa khawatir sewaktu-waktu lubang-lubang kawah dengan suara bergemuruh memuntahkan isinya.

Saya sempat berbincang-bincang dengan seorang turis Australia. Katanya  ia baru pertama kalinya datang ke tempat ini. Dia sangat terkesan dapat menikmati mandi sauna uap kawah di samping keindahan alam pergunungannya. It’s so fantastic, and hopely I’ll return to this place as soon as possible. Demikian katanya sewaktu berdampingan dengan penulis menikmati sauna alam kawah Hujan di Kamojang.

Selain itu pengunjung juga dapat mencoba menggunakan lumpur lulur Kamojang. Di beberapa sudut kawah terdap­at sumber lumpur belerang yang mendidih berwarna abu-abu menyembul dari dalam tanah.
Menurut pak Koko dan penduduk setempat lumpur ini berkhasiat untuk kese­hatan kulit. Bahkan sejak dahulu, sering digunakan untuk member­sihkan kulit kokoloteun dan ke­tombe di kulit kepala.
Selepas berlu­lur lumpur berendam di air panas menjadi pilihan yang wajib di­lakukan. Ada beberapa kamar man­di yang disewakan.

Perjalanan menuju Kawah Kamojang merupakan perjalanan wisata yang cukup menyenangkan baik melalui Majalaya ke Ibun Paseh, maupun melalui Kota Garut seterusnya ke Samarang. Pemandangan pegunungan serta perkebunan sayur-sayuran warga cukup menyejukkan mata. Agro wisata yang sangat potensial terdapat di setiap lereng-lereng pergunungan.

Di lapangan parkir terdapat beberapa warung makan dan minuman. Di warung paling ujung milik pak Koko dijual minuman berkhasiat yaitu air rebusan lame koneng yang berfungsi seperti jamu. Rasanya sepet agak pahit. Katanya jamu itu dapat menyembuhkan berbagai penyakit antara lain tekanan darah tinggi, penyakit gula, dan lemah syahwat. Khasiatnya tidak jauh berbeda dengan rebusan akar naga atau akar pasak bumi pada beberapa tempat lain. Harganya cukup murah hanya 500 rupiah per gelas.

Selain itu disetiap warung tersedia pula minuman khas daerah sana yaitu bandrek. Ada pula warung makan sederhana yang menjual makanan seperti nasi liwet beserta lauk pauknya. Tidak jauh dari warung-warung tersebut terdapat pula beberapa kamar mandi air panas dan toilet.

Ada beberapa masalah yang perlu segera diperbaiki dalam manajemen objek wisata Kawah Kamojang ini, antara lain:
1.    Petunjuk jalan ke kawasan wisata ini kurang jelas. Bahkan ada beberapa papan petunjuk yang mengaburkan misalnya “Dilarang Masuk Tanpa Izin”, serta “Dilarang Merokok” dan sebagainya” Namun tidak jelas daerah mana yang tidak boleh dimasuki itu. Sehingga penulis sendiri pada waktu pertama kali berkunjung ke objek wisata ini terpaksa bertanya ke sana-sini, sampai-sampai kendaran terpaksa berputar bolak-balik.
2.    Jalan masuk ke daerah objek wisata taringgul alias jelek karena banyak berbatu-batu dan tak terurus. Padahal biaya masuk cukup mahal. Per orang dipungut biaya 5.000 rupiah dan untuk kendaraan 5.000 rupiah per mobil. Biaya mandi per orang 2.500 rupiah serta toilet 1.000 rupiah.
3.    Kurang terdapatnya promosi baik di kawasan wisata maupun di Kabupaten Bandung dan Garut, mengenai keunikan objek wisata Kawah Kamojang ini. Yaitu promosi kawasan itu sebagai Wisata Kesehatan, Wisata Alam, Wisata Agro, Wisata Kuliner, Bumi Perkemahan maupun Perambahan Hutan (forest hiking). Mudah-mudahan hal-hal tersebut akan mendapat perhatian para pengelola wisata, baik pihak Pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Minggu, 17 April 2011

Kampung Dukuh

Kampung Dukuh-Pariwisata Garut :Kampung Dukuh merupakan desa dengan suasana alam dan tradisi yang dilandasi yang pia budaya religi yang kuat. Masyarakat Kampung Dukuh mempunyai pandangan hidup yang berdasarkan pada sufusme pada Mazhab Imam Syafii. Landasan budaya tersebut berpengaruh pada bentukan fisik desa tersebut serta adat istiadat masyarakat. Masyarakat Kampung Dukuh sangat menjunjung keharmonisan dan keselarasan hidup bermasyarakat. Paham ini berpengaruh pada bentukan bangunan di Kampung Dukuh yang tidak menggunakan dinding dari tembok dan atap dan genteng serta jendela kaca. Hal ini menjadi salah satu aturan yang dilatarbelakangi alasan bahwa hal yang berbau kemewahan akan mengakibatkan suasana hidup bermasyarakat menjadi tidak harmonis. Di kampung ini tidak diperkenankan adanya listrik dan barang-barang elektronik lainnya yang dipercaya selain mendatangkan manfaat juga mendatangkan kemudaratan yang tinggi pula. Alat makan yang dianjurkan terbuat dari pepohonan seperti layaknya bangunan, misalnya bambu batok kelapa dan kayu lainnya. Material tersebut dipercaya lebih memberikan manfaat ekonomis dan kesehatan karena- bahan tersebut tidak mudah hancur atau pecah dan dapat menyerap kotoran. Pola budaya juga berpengaruh pad a aspek non fisik seperti ritual budaya , diantaranya : Ngahaturan Tuang. Kegiatan yang dilakukan masyarakat Kampung Dukuh atau pengunjung yang berasal dari luar apabila mereka memiliki keinginan-keinginan tertentu seperti kelancaran usaha, perkawinan, jodoh, dengan cara memberikan banan rr.akanan seperti garam, telur ayam, kelapa, kambing atau barang/mahluk lainnya sesuai kemampuan Nyanggakeun. Nyangggakeun merupakan suatu kegiatan penyerahan sebagian hasii pertanian kepada kuncen untuk diberkahi. Masyarakat tidak diperbolehkan memakan hasil panen sebelum melakukan kegiatan nyanggakeun.
Tilo Waktos. Ritual ini hanya dilakukan oleh Kuncen yaitu membawa makanan ke dalam Bumi Alit atau bumi Lebet untuk tawasul. Kuncen membawa sebagian makanan ke Bumi Alit lalu berdoa, dilakukan pad a hari raya 1 Syawal, 10 Rayagung, 12 Maulid, dan 10 Muharam.
Manuja. Penyerahan bahan makanan dari hasil bumi kepada Kuncen untuk diberkahi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha untuk maksud perayaan Mares. Kebiasaan menyerahkan hasil bumi yang dimiliki kepada aparat pemerintah seperti Lurah dan Camat.
Cebor Opat Puluh. Mandi dengan empat puluh kali siraman dengan air dari pancuran dan dicampur dengan air khusus yang telah diberi doa-doa pada jamban umum.
Jaroh. Merupakan suatu aktivitas keagamaan yang berbentuk ziarah ke makam Syekh Abdul Jalil tetapi sebelumnya harus melakukan mandi ceor opat puluh dan mengambil air wudhu serta menanggalkan semua perhiasan dan menggunakan pakaian yang tidak bercorak.
Shalawatan. Dilakukan pada hari Jurnat di rumah Kuncen. Shalawatan Karrl)ilah sejumlah 4444 yang dihitung dengan menggunakan batu Sebelasan. Dilakukan setiap tanggal 11 dalam perhitungan bulan Islam dengan membaca Marekah
Terbang Gembrung. Kegiatan terban gembrung ini dilakukan pada tanggal12 Maulud yang dilakukan para orang tua Kampung Dukuh.
Terbang Sejak. Merupakan suatu pertunjukkan pada saat perayaan seperti khitanan, dan pernikahan, ditampilkan pertunjukkan debus.
Selain hal di atas, terdapat beberapa hari besar di Kampung Dukuh seperti 1 Syawal, 10 Rayagung, 12 Maulid, dan 10 Muharam. Sedangkan hari-hari penting diantaranya, Sabtu (pelaksanaan ziarah), Rebo Welasan (hari terakhir bulab Sapar dimana semua sumber air, yang digunakan masyarakat diberi jimat sebagai penolak bala, dan biasanya diwajibkan mandi), 14 Maulud (tanggal ini dipercaya sebagai hari baik untuk menguji dan mencari ilmu kepada guru dengan melakukan cebor opat puluh.
Aspek Khusus
Tidak terdapat fasilitas wisata di Objek Wisata Kampung Dukuh.
Aksesibilitas
Untuk pencapaian ke Kampung. Dukuh dapat mempergunakan ojeg dari jalan akses dengan biaya Rp 7,000. atau kendaraan microbus dengan tarif Rp 5,000 dari kecamatan Pameungpeuk. Jarak yang ditempuh untuk mencapai Kampung Dukuh adalah 7 km dari ruas jalan Pameungpeuk – Cikelet Garut bagian selatan (garsel)dengan lebar jalan berkisar 5-6 meter. Perjalanan dilanjutkan dengan jalan menuju kampung Dukuh sepanjang 2 km berupa jalan desa.
aktivitas 7 perkumpulan atau sanggar seni dan budaya. Ketujuh sanggar seni dan budaya tersebut memiliki 52 orang anggota.
Sumber : Pariwisata Garut

Golf Course Flamboyan

Golf Course Flamboyan

Lingkungan Alam Fisik
Golf Course Flamboyan merupakan objek wisata buatan manusia yang berlokasi di Jalan Raya Tasikmalaya km 7, Desa Ngamplang Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Kepemilikan padang golf ini berada di tangan Oephankam, dan pengelolaanya diserahkan kepada Korem 02 Tarumanegara. Pada awalnya lapangan golf ini merupakan tanah bekas peninggalan Kolonial Belanda.
Luas keseluruhan area golf ini 27 ha, dengan area terbangun seluas 25 ha, dan area terbuka 2 ha. Kualitas lingkungan dengan dan bentang alamnya yang cukup baik..
Batas administrasi dari Golf Course Flamboyan ini adalah sebagai berikut:
Utara : Desa Ngamplang Sari
Barat : Desa Kolot
Selatan : Desa Pasanggrahan
Timur : Desa Sukanegla

Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di kawasan ini pada umumnya berupa aktivitas olah raga. Aktivitas lainnya adalah bernostalgia yang umumnya dilakukan oleh wisatawan dari Belanda, mengingat lapangan golf ini dalam sejarahnya merupakan milik pemerintah Belanda.

Aspek Khusus
Lapangan Golf Flamboyan memiliki fasilitas pendukung berupa: . Gerbang masuk kawasan yang sedang dalam tahapan renovasl. . 2 buah toilet umum yang dilengkapi dengan ruang ganti.
. 13 buah shelter yang berada di setiap hole dan di depan kawasan . padang golf, 2 buah tapangan tennis, 1 buah lapangan bola volley . 1 buah tempat ibadah, 1 buah ruang tunggu
. Fasilitas akomodasi di Hotel Ngamplang.
Sarana lainnya yaitu berupa jalan menuju kawasan ini yang dapat dilalui kendaraan piibadi dengan lebar jalan 5 m dan berjarak 300 m. Untuk tempat parkir terdapat 2 buah parking lot dengan daya tampung sekitar 50 buah kendaraan pribadi yang kondisinya cukup baik dan permukaannya dilapisi aspal.

Aksesibilitas
Wisatawan yang akan mengunjungi golf course ini dapat mempergunakan kendaraan pribadi dari Garut mengambil rute ke arah Tasikmalaya dengan jarak tempuh kira-kira 30 menit, atau menggunakan kendaraan umum (angkot) Garut-Cilawu dengan harga Rp.1.500,- .Altematif lain dengan adalah menggunakan bus dari Bandung - Tasikmalaya dengan biaya Rp.12.000.-.

Perkebunan teh dayeuh manggung



Lingkungan Alam Fisik
Perkebunan ini terletak di Desa Subatan Kecamatan Cilawu dan dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PTP Nusantara VIII Persero. Konfigurasi lahan umumnya berbukit, dengan kemiringan lahan yang agak curam.
Tingkat visabilitas yang ada sangat bebas sehingga kita bisa menyaksikan pemandangan kebun teh yang sangat indah dengan tingkat kebisingan yang rendah karena pabrik pengolahan teh yang menimbulkan suara bising tersebut terdapat di bagian bawah dari perkebunan. Adapun flora dominan adalah pohon teh dan pohon pinus.
Batas administrasi dari Perkebunan Teh Dayeuh Manggung ini
adalah sebagai berikut :
Utara : Desa Sukamaju
Barat : Desa Sindang Sari
Selatan : Desa Wangun Jaya
Timur : Kabupaten Tasik
Aktivitas yang dapat dilakukan di perkebunan ini adalah tracking, hiking, rekreasi hutan, piknik dan bersunyi-sunyi (spooning nook). Pada umumnya pengunjung yang datang ke tempat ini adalah wisatawan domes!ik dari Garut dan Tasikmalaya dan wisatawan mancanegara berkebangsaan Belanda dan Jepang. Mereka datang karena ingin bernostalgia diperkebunan ini mengingat perkebunan ini dalam sejarahnya pemah dimiliki oleh Pemerintahan Belanda dan Jepang.

Aspek Khusus
Fasilitas yang tersedia berupa tempat parkir yang berada di depan kantor Perkebunan Teh Dayeuh Manggung dengan kapasitas sekitar 20 kendaraan pribadi, dan dilapisi aspal dengan kondisi yang baik.
Fasilitas lainnya berupa pintu masuk dengan kondisi yang baik. Sedangkan untuk fasilitas tempat ibadah berada di pemukiman penduduk. Di perkebunan ini tidak terdapat fasilitas akomodasi dan makan minum, sehingga pengunjung umumnya merujuk ke Hotel Ngamplang sebagai fasilitas akomodasi dan Rumah Makan Megawati untuk fasilitas makan minum.

Aksesibilitas
Jarak perkebunan ini ke ibukota kecamatan ? 6 km, sedangkan dari ibukota Kabupaten Garut ? 15 km. Jalan menuju ke perkebunan ini memiliki lebar sekitar 5 m, dan jalan akses menuju kawasan perkebunan sepanjang 3 km memiliki leber jalan sekitar 3 m.
Tarif angkutan umum dari Garut menuju perkebunan ini berkisar antara Rp.1.500,-/orang. Sedangkan untuk menuju obyek dapat mempergunakan ojeg dengan tarif Rp.3.000,-/orang.

Curug Cihanyawar



Curug Cihanyawar ini terletak di Desa Sukamumi Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut dan berada pada ketinggian 1.000 m dpl. Oaya tarik utamanya adalah air terjun dengan ketinggian 16 m. Sumber air Curug Cihanyawar berasal dan aliran air Gunung Cipadaruun yang berasal dari mata air Cikuray.
Curug Cihanyawar berada dibawah pengelolaan PTP Nusantara VIII dan warga Desa Sukamurni. Walaupun lokasinya berada di perbatasan antara tanah milik PTP Nusantara VIII dan tanah milik masyarakat Desa Sukamurni, tetapi secara legal formal kepemilikannya berada pada tangan PTP Nusantara VIII Perkebunan Dayeuh Manggung, dan termasuk ke dalam blok perkebunan Cipang dengan luas keseluruhan 12,57 ha. Kondisi fisik secara umum berbukit-bukit dengan kemiringan lahan yang curam. lahan sekitar curug ini merupakan daerah pertanian dan perkebunan palawija masyarakat seternpat.
Flora dominan di kawasan ini adalah pohon pinus, lisamara, dan pohon kawung, sedangkan fauna didominasi oleh babi hutan, ular, musang, tupai dan berbagai jenis burung.
Curug Cihanyawar memiliki batas administrasi sebagai benkut:
     Utara     : Desa Sukamaju
     Selatan     : Desa Wangun Jaya
     Barat     : Desa Sindangsari
     Timur     : Kabupaten Tasikmalaya.
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di air terjun Cihanyawar antara lain tracking, rekreasi/piknik, menikmati pemandangan dan fotografi

Di Curug Cihanyawar belum banyak dikernbangkan fasilitas pendukung kegiatan wisata, adapun fasilitas pendukung yang tersedia berupa 5 buah shelter yang terletak ? 50 m dari air terjun dan tempat ibadah berupa musholla dan masjid yang terletak di pemukiman penduduk. Di sekitar objek wisata ini belum tersedia fasilitas akomodasi dan makan minum, namun pengunjung dapat tinggal di Hotel Ngamplang yang terletak di Jalan Raya Tasikmalaya dengan jarak ? 2,5 km dari pusat Kecamatan Cilawu. Fasilitas rumah makan terdekat dari lokasi objek ini adalah Rumah Makan Megawati yang terletak di Jalan Raya Cigarangsang No. 42, Kecamatan Cilawu.

Untuk mencapai lokasi air terjun Cihanyawar dapat digunakan kendaraan pribadi atau angkutan kota rute terminal Guntur-Bojongloa dengan tarif Rp.2.000,- per orang dan menggunakan alat transportasi lain seperti microbus rute Garut-Singapama dengan tarif Rp.6.000,-per orang. Pencapaian ke lokasi Curug Cihanyawar dari akhir jalan akses, pengunjung dapat menggunakan ojeg dengan tarif Rp.1.500 - Rp.3.000,- per orang. Jalan menuju ke air terjun didukung oleh jenis jalan Kecamatan dengan lebar 2,5 m dan kondisi yang cukup baik.

Talaga bodas

Garut memang sudah terkenal dengan dodolnya yang kini semakin inovatif dengan bermacam-macam rasa buah. Tapi kalau mau mengenal lebih jauh, pastilah akan setuju kalau yang indah dari garut bukan hanya dodol.
Talaga Bodas adalah salah satu bukti bahwa pesona Garut bukan hanya dodol. Hari itu sabtu yang kedua di tahun 2009, kabut menutupi matahari dari pandangan ketika saya tiba di bibir talaga bodas. Saya membiarkan guide saya yang juga tukang ojek saya kembali ke Pos untuk menitipkan sepeda motornya, sementara saya langsung sibuk membidikkan pemotret Nikon berlensa standar di genggaman saya. Tidak ada orang lain yang terlihat di sekeliling danau, sekalipun terdengar teriakan yang bergaung, terpantul berulang kali di antara bukit-bukit yang mengelilingi tempat itu.
Puncak-puncak bukit sudah mulai terselimuti kabut yang bergerak turun, namun tidak terlihat tanda-tanda akan hujan. Ini masih baik, walaupun langit tak tampak sama sekali, alam masih menyambut baik kedatangan kami. Seluruh permukaan danau dan sekelilingnya masih terlihat jelas untuk diabadikan ke dalam kartu memori data digital. Namun saya harus bergegas sebab cuaca di gunung dapat berubah dengan cepat.
Perjalanan menelusuri pantai talaga dimulai ke arah kiri. Kali ini perkenankan saya menggunakan kata kiri kanan untuk penunjuk arah, bukan utara selatan timur barat. Jalur pendakian yang berkelok-kelok telah merusak sistem orientasi bawah sadar saya, apalagi sistem navigasinya. Sementara matahari belum nampak, dan tak ada tumbuhan besar berlumut untuk acuan arah timur-barat seperti yang diajarkan dalam kelas-kelas Navigasi Darat atau Survival.
Hanya beberapa langkah mengikuti tepi telaga, semburan air hangat dari bawah pasir disertai letupan-letupan khas gunung berapi mengalihkan perhatian dan fokus kamera saya selama beberapa saat. Namun guide saya mengingatkan, di depan sana masih banyak yang lebih besar dan menarik. Baiklah, saya percaya, maka kami melanjutkan berjalan kaki.
Setelah sekitar seperempat tepi danau kami jalani, kami menjumpai sisi bukit yang seperti terkelupas. Ini sisa letusan yang tetap tidak ditumbuhi tanaman. Seperti lereng gunung papandayan yang terbelah ketika letusan tahun 2003, tempat ini juga dipenuhi sumur-sumur lumpur panas (tapi bukan lapindo) dengan bau khas belerang. Saya mencoba mendaki sedikit bagian bukit yang gundul, lalu memotret pemandangan telaga dari atas. Fotonya ada di bawah. Setelah puas memotret, saya mengajak si guide istirahat sebentar sambil menikmati panorama telaga. Saya lalu menyodorkan satu dari dua botol minuman kemasan kepadanya, serta menawarkan makanan kecil dari coklat. Lalu perjalanan diteruskan.
Ketika hampir tiba di tepi danau yang berseberangan dengan tempat kami datang, terdengar bunyi seperti air terjun dari arah pepohonan. Ketika didekati, ternyata benar ada air terjun kecil di dekat bekas bivak yang baru ditinggalkan penghuninya. Di sini tentunya sumber air minum untuk mereka yang camping. Tidak jauh dari sana terdapat dua kolam penampungan air panas (panas bukan lagi hangat) serta pancurannya. Di sini tempat mandi atau berendam, kata guide. Tidak terpikir untuk mandi apalagi berendam karena selain tidak ada persiapan, temperatur air di sini melebihi batas toleransi lapisan dermis di badan saya. Belum lagi ketika melihat ke arah air pancuran mengalir, terdapat setumpuk besar celana dan celana dalam bekas orang-orang yang mandi dan berendam. Akh, mengotori gunung dan telaga saja.
Dari sini kami melanjutkan perjalanan melalui jalan setapak di antara rerumputan yang setinggi badan. Lalu kami menemukan dengan lima orang yang sedang duduk di sekitar perapian dan sibuk menjagal daging binatang seukuran kambing muda atau anjing. Tanpa bermaksud mengganggu, kami hanya permisi dan berlalu, meneruskan perjalanan hingga tiba kembali di tempat kami memulai mengelilingi danau. Ketika selesai mengelilingi danau, dua pengendara motor ala trail tiba di telaga, berhenti sebentar mengamati jalanan, lalu memacu lagi motornya yang meraung memecah kesunyian suasana telaga sore itu. Ketika itu, kabut telah turun lebih jauh menutupi pandangan ke arah danau.
Kami berjalan kembali ke arah pos, berbasa-basi dengan penjaga, lalu berpamitan. Demikianlah cerita dari talaga bodas. Berikut fotonya, dapat diklik untuk melihat foto yang lebih besar.
Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat

Paraglaiding Gn. Haruman


Objek wisata dan daya tarik olah raga Paraglading Gunung Haruman tersebut berlokasi di Desa Haruman Sari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Status kepemilikan tanah yang digunakan untuk Paraglaiding adalah tanah masyarakat yang masih belum dikelola secara khusus. Gunung Haruman memiliki ketingian lebih kurang 1300 m diatas permukaan laut dan gunung ini bukan merupakan jenis gunung berapi. Konfigurasi umum lahan adalah bergunung dengan kemiringan lahan agak curam yang daya serap tanahnya baik, satabilitas tanah baik dan jenis material tanahnya secara umum pasir berbatu. Gunung Haruman ini merupakan sebuah objek yang digunakan untuk olah raga Paraglaiding bagi orang-orang pecinta terbang layang.

Adapun landasan yang digunakan untuk terbang layang memiliki luas 40 x 15 m2 yang memiliki lapisan permukaan tanah rerumputan dengan kemiringan lahan yang landai. Untuk melakukan olah raga terbang layang, setiap pengunjung biasanya membawa peralatan sendiri, hal ini dikarenakan belum adanya pengelolaan secara khusus sehingga tidak tersedia peralatan yang dibutuhkan.


Untuk mencapai kawasan terbang layang Gunung Haruman kita dapat melalui jalan raya Garut ? Bandung yang melewati Kecamatan Kadungora. Dari Kecamatan Kadungora dapat menggunakan kendaraan pribadi atau ojeg menuju Desa Haruman Sari. Adapun jarak yang ditempuh dari Kecamatan Kadungora menuju Desa Haruman Sari berjarak lebih kurang 15 km dengan lebar jalan 2-4 m yang memiliki kualitas jalan kurang. Sedangkan untuk menuju landasan terbang layang dari Desa Haruman Sari berjarak 7-8 km, yang biasanya para pengunjung menggunakan mobil jeep atau sejenisnya, hal ini disebabkan oleh kondisi jalan yang sangat rusak sehingga tidak memungkinkan untuk dilalui oleh mobil selain jeep.

Kegiatan wisata yang bias dilakukan di kawasan ini adalah terbang layang, traking, menikmati pemandangan dan fotografi. Pengunjung yang dating ke Gunung Haruman berasal dari Jakarta, Jateng dam Jawa Timur. Serta pengunjung mancanegara berasal dari Singapura, Belanda, Korea dan Amerika yang hendak melakukan olah raga Paraglaiding.

curug Cimandi racun



 
 
 

Curug Cimandi Racun


Lingkungan Alam Fisik
Curug Cimandi Racun atau sering disebut juga Curug Cibuni Racun terletak di Desa Jangkurang, Kecamatan Leles, dan di sebelah utara berbatasan dengan Desa Rancasalak, Desa Danu di sebelah barat, Desa Cikelet di sebelah selatan, dan Desa Ranca Salak di sebelah timur. Luas kawasan desa sebesar 988.602 ha, sedangkan luas objeknya sekitar 1 ha yang status kepemilikannya adalah tanah adat masyarakat Kampung Pasir Kunci dan Kampung Singkur.

Aktivitas yang dapat dilakukan di Curug Cibuni Racun ini antara lain menikmati pemandangan alam. Kawasan ini belum dikelola secara baik dan profesional. Salah satu penyebabnya karena objek ini masuk dalam area tanah adat maka penyediaan fasilitas atau prasarana tidak begitu berorientasi pada usaha.

Aspek KhususCurug Cimandi Racun mempunyai ketinggian 25 m dan sumber airnya berasal dari mata air Cimalagiri di Gunung Mandalawangi. Letak air terjun ini berada pada ketinggian 1045 di atas permukaan laut dengan reka bentuk alam berlembah disertai kemiringan lahan yang curam. Sepanjang jalan setapak menuju lokasi objek merupakan titik pandang yang cukup strategis untuk melihat pemandangan alam sekitar yang indah. Sekitar kawasan memiliki daya serap tanah yang cukup baik dengan jenis material tanah berbatu.

Kualitas dan kebersihan lingkungan yang cukup memadai ini terlihat dari sedikitnya sampah yang bertebaran. Keadaan bentang alam Curug Cibuni Racun ini tergolong baik karena tingginya air terjun tersebut ditambah hamparan alam yang hijau dan asri. Salah satu nilai tambah objek ini adalah faktor suhu atau temperatur. Temperatur kawasan yang sejuk, berkisar antara 23-25 derajat celsius sangat mendukung kegiatan wisata.

Daya tarik Curug Cibuni Racun bukan hanya karekteristik alamnya tapi juga dari legenda atau dongengnya. Dongeng yang melatarbelakangi nama dari air terjun tersebut bersumber dari cerita pada zaman kerajaan. Dongeng itu menceritakan bahwa pada zaman dahulu kala terdapat suatu sayembara memperebutkan seorang putri yang cantik jelita. Para jawara atau jagoan silat harus bertarung mempertaruhkan nyawa untuk dapat menjadi pemenang dan mendapatkan sang putri sebagai hadiah kemenangannya. Ketika sayembara tersebut berlangsung, ternyata hasilnya imbang sehingga tidak ada yang berhak mendapatkan putri tersebut. Kemudian karena di antara kedua jawara tersebut tidak ada seorangpun yang berhak mendapatkan sang putri, maka putri tersebut disembunyikan dan diracun di tempat yang sekarang dikenal dengan Curug Cibuni Racun.

Di sekitar curug ini hanya tersedia 1 buah shelter dengan kondisi yang cukup baik, dan sampai saat ini belum tersedia fasilitas akomodasi. Alternatif fasilitas akomodasi terdekat yang dapat digunakan pengunjung adalah Wisma LEC yang terletak di Kecamatan Tarogong. Kemudian untuk fasilitas rumah makan, maka Rumah Makan Adika yang berada di depan Pasar Leles atau Jalan Raya Leles dapat dijadikan alternatif bagi wisatawan yang ingin mengisi perutnya.

Aksesibilitas
Untuk mencapai ke objek ini dapat menggunakan angkutan perkotaan trayek Kadungora ? Penclut dengan tarif antara Rp. 1.000 ? Rp. 1.500 atau dapat menggunakan ojeg dari Kadungora dengan tarif Rp. 4.000 atau juga dapat menggunakan transportasi mikrobus dengan trayek Bandung-Pamengpeuk, yang melewati jalan akses menuju ke objek ini. Jarak terminal angkot Kadungora dari stasiun Kadungora berjarak 5 km dari objek Curug Cibuni Racun. Dalam usaha pencapaian ke objek pengunjung akan melalui jalan raya kecamatan sejauh 3 km dengan kualitas jalan baik, lebar jalan memadai dan tidak berlubang, dan kemudian melewati jalan akses sejauh 500 m yang berbentuk foot trail, dan akhirnya menelusuri jalan setapak sejauh 300 m yang berbentuk foot trail dengan lapisan permukaan tanah berpasir. Jarak antara objek dan pusat pemerintahan kecamatan sekitar 7 km, sedangkan dengan pusat pemerintahan kabupaten berjarak 23 km, dari dengan Kabupaten Bandung berjarak 47 km serta berjarak 227 km dari ibukota provinsi, Jakarta.

Sabtu, 16 April 2011

Curug Sanghyang Taraje


Curug ini berada di ketinggian 660 m dpl.dengan tinggi air terjun sekitar 82 m.  Asal mula air terjun ini disebut Sanghiyang Taraje karena pada jaman dahulu air terjun ini digunakan oleh Sangkuriang untuk naik ke langit mengambil bintang atas permintaan Dayang Sumbi. Di dekat air terjun ini juga terdapat sebuah batu berbentuk tapak raksasa yang konon itu adalah tapak Sangkuriang tetapi jarang sekali orang yang dapat menemuinya. Sedangkan batu yang ada di bawah tepat air terjun menurut masyarakat setempat dipercaya sebagai tempat
penyimpanan bintang (harta karun) Sangkuriang tetapi konon tempat itu dijaga oleh Belut raksasa, dan seringkali dilihat oleh masyarakat.
Kawasan air tejun ini dikelola oleh pihak perhutani, tapi kini pengelolaannya agak terlantar
sehingga kawasan air terjun ini tidak terkelola dengan baik. Adapun masyarakat yang kemudian
mencoba untuk mengelola kawasan ini namun hanya pada saat hari raya dan libur nasional.

Taraje dalam bahasa Indonesia berarti tangga. Biasanya terbuat dari bambu. Jika ada sebuah curug (air terjun) diberi nama Sanghyang Taraje, tentulah ada hubungannya dengan taraje. Demikianlah adanya, curug yang terletak di Desa Pakenjeng Kecamatan Pamulihan Garut ini me-mang mirip taraje. Masyarakat di sekitarnya wring juga menyebutnya curug kembar, karena di situ ada dua pasang air terjun yang mirip tiang tangga.
Curug Sanghyang Taraje tidak terlalu dikenal masyarakat Garut. Namun begitu bukan karena air terjun ini kurang elok. Dibentuk oleh dua air terjun berdampingan yang tingginya sekitar 90 meter, curug ini merupakan curug tertinggi yang ada di Kabupaten Garut. Di samping itu panorama curug ini cukup indah untuk dinikmati. Hanya saja jalan untuk menuju ke Sanghyang Taraje masih cukup sulit untuk dijangkau kendaraan karena letaknya berada jauh di pelosok perbukitan.
Untuk menuju curug ini bisa ditempuh dari arah Pamulihan atau dari arah Jati, Kecamatan Pakenjeng. Orang harus berjalan kaki untuk menuju curug ini. Namun kelelahan setelah menuruni dan mendaki perbukitan, akan segera sirna jika sudah mendapati keindahan panorama curug. Sayangnya, baru masyarakat sekitar curug saja yang banyak menikmati keindahannya.

Leuweung Sancang

Hutan Sancang merupakan hutan alami, dan terletak di bagian selatan Kabupaten Garut (berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya), tepatnya di Desa Sancang Kecamatan Cibalong dan memiliki luas 2.157 ha. Wilayah ini berada di ketinggian 0-3 m di at as permukaan taut, dan mempunyai konfigurasi umum tahan yang datar hanya terdapat tebing-tebing curam di sebagian pesisir pantai, khususnya di daerah sebelah timur yaitu wilayah Karang Gajah. Hutan yang langsung bersentuhan dengan Samudra Indonesia ini mempunyai temperatur rata-rata 27?C per tahun, dengan suhu antara 17?C-28?C. Material tanahnya berpasir dan tanah gambut di bagian pesisir, sedangkan di daerah yang mempunyai radius 200 m dari garis pantai memiliki material tanah daratan pada umumnya, yaitu tanah hitam berbatu dengan tingkat kestabilan dan daya serap tanah yang cukup baik. Kondisi lingkungan wilayah Hutan Sancang termasuk ke dalam kategori bentang alam yang baik dan menarik serta unik. Hutan Sancang juga merupakan cagar alam yang dilindungi dan memiliki ekosistem hutan hujan tropis.
Kualitas lingkungan dan kebersihannya pun masih terjaga, walaupun di bagian timur, yaitu di pesisir pantai, terdapat pondok nelayan yang menetap dan memanfaatkan lahan di area konservasi ini. Di hutan ini tidak terdapat pencemaran (air, tanah, udara, sampah atau vandalisme), akan tetapi sering terjadi penebangan liar, perambahan hutan dan penjarahan/pencurian kayu, khususnya kayu meranti merah yang tergolong tumbuhan langka. Perambahan hutan tersebut telah menurunkan tingkat dan kualitas lingkungan Hutan Sancang dan menyebabkan kerusakan yang cukup serius. Pada saat ini perusakan Cagar Alam Hutan Sancang telah mencapai ? 200 ha, hal tersebut, juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan ekosistem setempat. Apabila dilihat dari segi visabilitas, hutan Sancang memiliki tingkat pandang yang bebas dengan panorama alam yang indah dan eksotis, namun apabila berada di dalam hutannya, maka akan sulit untuk melihat kearah pantai karena susunan tumbuhan/pepohonan di Hutan Sancang sangat rapat. Oaya tarik utama yang terdapat di cagar alam ini adalah hutan yang masih asri dengan ekosistem yang unik dan pemandangan alam indah. Di hutan ini terdapat hutan bakau, sungai, berbagai jenis flora dan fauna, dan gugusan-gugusan batu yang menimbulkan panorama alam yang unik. Flora dominan yang terdapat di Hutan Sancang antara lain pohon ketapang, pohon bakau, tumbuhan Sorea, palahlar (dipterocarpus spee.div), serta jenis tumbuhan / flora pantai seperti agar-agar laut (gracilaria,SP1, rarnbu karang (afluda Mutica), paris (mycrophyllum bracilieneis), kades (gelidium lam) dan juga flora lain yang beragam jenisnya termasuk pohon meranti merah dan pohon Kaboa (dipteroearpus gracilis) yang langka. Sedangkan fauna yang dominan di hutan ini antara lain banteng (bos sonda/cus), macan tutul, monyet, lutung, burung merak (papo mut/eus), dan binatang umum lainnya.
Adapun batas alam dari hutan Sancang ini adalah sebagai berikut:      
     Utara     : Perkebunan karet Mira-mare
     Selatan     : Samudra Indonesia
     Timur     : Sungai Cikaengan

Hutan Sancang yang merupakan salah satu cagar alam di Indonesia yang bertaraf Internasional ini belum tersentuh oleh fasilitas pariwisata secara khusus. Untuk fasilitas penunjang di Hutan Sancang hanya terdapat 1 pos jagawana serta petugas yang beljumlah 180 orang.

Untuk aktivitis yang dapat dikembangkan di Hutan ini adalah: tracking, fotografi, menelusuri hutan, penelitian ekosistem alam, memancing, berkemah, dan aktivitas-aktivitas yang tidak merusak dan mengganggu ekosistem hutan. Adapun mayoritas pengunjung yang datang ke Hutan Sancang ini berasal dari Garut, Bandung dan Jakarta.  Landasan hukum kawasan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 116/Um/1959 tanggal 1 Juli dengan luas wilayah laut sekitar 150 ha dan ini dikelola oleh Departemet Kehutanan.

Aspek Khusus
Hutan Sancang adalah hutan yang dilegendakan sebagai tempat tilem (tempat hilangnya) Prabu Siliwangi. Di hutan ini juga terdapat pohon Kaboa (mirip dengan pohon bakau/Mangrove) yang menurut kepercayaan setempat merupakan penjelmaan para prajurit Pajajaran yang setia kepada Prabu Siliwangi. Oleh karena itu hutan ini dipercaya sebagai hutan keramat yang memiliki daya magis bagi kalangan masyarakat lokal. Nama Sancang yang tersusun dari huruf-huruf SANCANG dipercaya memiliki arti khusus, yaitu :

- S mempunyai arti : Sasakala asal usul carita sesepuh urang-urang sadaya, yang berarti Hutan Sancang merupakan tempat asal usul nenek moyang kita semua.
- A rnempuilyai arti: Anu luhur tur ngahiang, yang berarti daerah Sancang adalah daerah keramat dan sejak zaman dahulu sudah dikenal.
- N mempunyai arti: Nyata sarta talapakuran tah ku aranjeun manusa, yang berarti Hutan Sancang adalah nyata dan pertu untuk dikaji oleh setiap manusia.
- C mempunyai arti: Cacandran carita sesepuh urang sadaya, yang berarti Sancang adalah asal usul cerita tentang nenek moyang kita semua.
- A yang kedua mempunyai arti : Aya nya carita Pasundan / Padjajaran, yang berarti asal-mula dari kerajaan Pasundan dan Padjajaran.
- N mempunyai arti: Negri Padjajaran tilas Siliwangi, yang berarti Hutan Sancang merupakan salah satu wilayah negeri Padjajaran peninggalan Siliwangi.
- G mempunyai arti: Goib di Sancang Pameungpeuk Garut, yang berarti Hutan Sancang mempunyai cerita gaib dan setiap manusia harus mempercayai hal gaib seperti Tuhan YME yang sifatnya gaib.

Seperti pada kawasan konservasi umumnya, tidak ada sarana pariwisata di hutan ini, baik yang berupa fasilitas akomodasi ataupun rumah makan, tetapi apabila pengunjung ingin bermalam dapat menggunakan fasilitas akomodasi terdekat yang terletak di Kecamatan Pameungpeuk. Untuk fasilitas rumah makan juga terdapat di Kecamatan Pameungpeuk. Adapun jarak yang akan ditempuh sekitar 13 km dari pusat pemerintahan kecamatan.

Aksesibilitas Menuju Objek
Objek wisata ini beqarak 2 km dari pusat Kecamatan Pameungpeuk, 20 km dari kota Kabupaten Garut. dan 180 km dari Bandung. Objek ini dapat dicapai dari dua tempat, yaitu Pameungpeuk dan pantai Cijeruk Indah. Untuk mencapai ke sana, dari Pameungpeuk pengunjung dapat menggunakan bus ke jurusan perkebunan karet Mira-Mare yang rutenya melalui pinggir kawasan dengan tarif Rp.3.000/orang, atau angkot dengan tarif Rp.4.000/orang. Apabila menggunakan ojeg, tarifnya Rp.7.500 dari Pameungpeuk dan Rp. 3.500,- dari pantai Cijeruk indah.

Bus yang melalui daerah ini hanya 3 bus/hari. Jalan menunju ke hutan ini adalah kelas jalan kecamatan dan dengan lebar jalan 3 m, dan jalan desa selebar 2,5 m, serta jalan setapak (foot trail) selebar 0,5 m. Pada umumnya kondisi jalan dalam keadaan sedang diperbaiki. di antaranya dalam kondisi rusak, jalan kelas V sepanjang 75 km dengan kondisi rusak. Jembatan berjumlah 5 buah jembatan beton sepanjang 27 m.
sumber garutkab

 

Pantai Cijeruk Indah

Pantai Cijeruk Indah adalah merupakan objek dan daya tarik wisata pantai di Kabupaten Garut yang terletak di Desa Sagara dan di Kecamatan Pameungpeuk serta di Propinsi Jawa Barat. ODTW ini dikelola oleh Kompepar Yayasan Cijeruk Indah, dengan status kepemilikan oleh BKSDA dan Perkebunan. Dengan 2 aspek legalitasnya, yaitu : Pasal 50 ayat (3) huruf a & b UU No. 41 tahun 1999 dan Pasal 78 ayat (5) UU No. 41 tahun 1999. Lingkungan fisiknya terdiri dari : luas kawasan sebesar 4700 m2, luas ODTW sebesar 2157 m2 dengan waktu kunjungan selama 24 jam.
Menurut tata guna lahan kawasan tersebut diperuntukkan guna lahan perkebunan, pemukiman, pariwisata, dan hutan produksi (karet). Pantai ini mempunyai batas Administrasi yaitu sebelah Utara di Desa Singaraja, Barat di Desa Karyasari , Selatan di Samudra Hindia dan Timur di Cipatujah. Batas Alam kawasan ini adalah Utara di Kubang Umen (lahan Gambut/Rawa), Barat di Sungai Cimerak, Selatan di Samudra Hindia dan Timur di Hutan Sancang. Kawasan Cijeruk Indah memiliki temperatur rata-rata 27?C per tahun, minimum tahunan 17?C, dan temperatur maksimum 28?C per tahun, dengan penyinaran matahari rata-rata sedang, dan kekuatan tiupan angin yang besar.

 

Makam Keramat Godog

Di dalam kompleks Makam Keramat Godog terdapat 7 buah makam. Di ruang utama terletak makam Kian Santang, sedangkan makam Sembah Dalem Sareupan Sucim, makam Sembah Dalem Sareupan Agung, makam Sembah Dalem Kholipah Agung, dan makam Santuwaan Marjaya Suci terletak di ruangan lain. Makam lainnya yang berada di kompleks ini adalah makam Syekh Dora dan makam Sembah Pager Jaya yang terletak di ruang terbuka terpisah dari makam-makam di atas. Kompleks makam Keramat Godog memiliki cerita yang terkait dengan Prabu Kian Santang atau Syekh Sunan Rohmat. Prabu Kian Santang bersama 2 saudaranya, yaitu Dewi Rara Santang dan walang Sungsang merupakan putra Prabu Siliwangi. Prabu Kian Santang lahir pada tahun 1315 Masehi di Pajajaran yang sekarang Bogor. Pada usia 22 tahun Kian Santang diangkat menjadi Dalem Bogor ke II. Dari kecil sampai usia 33 tahun, di sejagat pulau Jawa belum ada yang menandingi kegagahan dan kesaktian Prabu Kian Santang. Karena merasa tidak memiliki lawan yang sepadan, Prabu Kian Santang meninggalkan kerajaan Pajajaran menuju tanah Mekah untuk bertanding dengan Sayyidina Ali. Di tanah Mekah mereka pun kemudian bertanding, dan ternyata Prabu Kian Santang dapat dikalahkan. Setelah menyerah kalah Kian Santang berganti nama menjadi Galantrang Setra dan kemudian masuk Islam. Setelah itu Kian Santang pun pulang ke tanah Pajajaran untuk menengok ayah dan saudara-saudaranya. Berhubung Prabu Kian Santang belum bisa menyebarkan agama islam dengan sempurna karena belum menguasai ajaran Islam dengan baik beliau kembali ke kota Mekah. Pada tahun 1362 Masehi Prabu Kian Santang kembali ke tanah Jawa dan kemudian menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa.

Taman satwa cikembulan

Ada tempat wisata yang baru aku ketahui di kawasan Garut yaitu Taman Satwa Cikembulan. Taman satwa ini terletak tidak jauh dari tempat wisata Candi Cangkuang, Kadungora Garut. Waktu saya kesana, pada tanggal 7 November 2009, jumlah pengunjungnya tidak terlalu banyak, sehingga kami bisa leluasa menikmati arena sekitar 3 hektar ini. Masih terlhat para pekerja yang sedang menyempurnakan tempat ini yaitu di area permainan anak.
Area parkir terletak tidak jauh dari tempat tersebut yaitu dekat istal kuda, kudanya dari Australia, sehingga terlihat gagah. Dari area parkir menuju ke taman satwa itu kita berjalan sekitar 500m. Karcis yang dibayarkan waktu itu untuk dewasa Rp 12.000 dan untuk anak-anak Rp 7.000. Begitu kita masuk kita disambut oleh beraneka jenis burung-burung, seperti burung elang, beo, kakaktua, dll. Disana terdapat danau kecil untuk bermain perahu bebek, Ada pula taman bermain anak-anak dan tempat makan yang cukup enak tempatnya.
Satwa disana lumayan banyak, beraneka jenis, walau burung mendominasi satwa yang ada. Keterangan di koran Republika bahwa dalam taman ini terdapat 159 satwa dengan 40 spicies serta empat kelompok atau jenis. Keempat kelompok satwanya, terdiri mamalia antara lain rusa, babi hutan, reptilia seperti buaya, aves yakni burung termasuk burung garuda serta kelompok primata (kera), bahkan dalam waktu dekat akan didatangkan harimau Sumatera.
Taman wisata ini cukup menjadi alternatif tempat yang bisa dijadikan rujukan jika Anda akan berjalan-jalan di Garut, selain tempat wisata lain yang sudah terkenal seperti Gunung Papandayan, Situ Bagendit, Situ Cangkuang, Pantai Sayang Heulang, Talaga Bodas, Kamojang, Hutan Sampang, Rancabuaya, Kawah Drajat, Cipanas yang menyediakan kolam renang dengan sumber air panasnya, Ngamplang dengan pemandangan alam yang bagus dan terdapat lapangan golf serta Sampireun yang sangat menawan di sini tersedia medan untuk arung jeram, Candi Cangkuang dan benda-benda pusaka yang terdapat di Ciburuy.

pantai karang paranje

memiliki temperatur antara 17-27 derajat celcius. Sinar matahari di pantai ini rata-rata terik dan mempunyai tiupan angin yang besar. Pantai ini mempunyai potensi wisata berupa keindahan alam pantai dengan terdapatnya gugusan karang di tepi pantai, sehingga pantai ini memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Di pantai ini juga dapat dinikmati suasana sore yang eksotis dari matahari terbenam (sunset) secara jelas.

Luas area pantai ini 9 ha dengan luas kawasan sebesar 12-13 ha. Dari keseluruhan luas tersebut belum ada area yang dibangun untuk fasilitas pariwisata, dan hanya digunakan sebagai pemukiman penduduk, dan yang sarna sekali belum digunakan untuk apapun sebesar 4 ha. Akan tetapi masyarakat setempat telah menyiapkan area tertentu yang akan dimanfaatkan untuk sektor Pariwisata. Masyarakat setempat sangat mendul





memiliki temperatur antara 17-27 derajat celcius. Sinar matahari di pantai ini rata-rata terik dan mempunyai tiupan angin yang besar. Pantai ini mempunyai potensi wisata berupa keindahan alam pantai dengan terdapatnya gugusan karang di tepi pantai, sehingga pantai ini memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Di pantai ini juga dapat dinikmati suasana sore yang eksotis dari matahari terbenam (sunset) secara jelas.

Luas area pantai ini 9 ha dengan luas kawasan sebesar 12-13 ha. Dari keseluruhan luas tersebut belum ada area yang dibangun untuk fasilitas pariwisata, dan hanya digunakan sebagai pemukiman penduduk, dan yang sarna sekali belum digunakan untuk apapun sebesar 4 ha. Akan tetapi masyarakat setempat telah menyiapkan area tertentu yang akan dimanfaatkan untuk sektor Pariwisata. Masyarakat setempat sangat mendul

Curug Citiis

Curug Citiis terletak di Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong dengan luas   30 m2 dan berada pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Konfigurasi umum lahan pada umumnya berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan yang agak curam, dan stabilitas tanah yang sedang. Penyinaran matahari rata-rata di kawasan ini dapat dibilang sedang karena masih terdapat banyak pohon yang rindang. Pada musim kemarau debit air Curug Citiis berkurang. Kualitas lingkungan cukup baik dengan tingkat sanitasi yang baik dan bentang alam yang cukup indah. Pencemaran udara hampir tidak ada, namun terdapat pencemaran air dan sampah-sampah yang ditinggalkan para pengunjung dan penambang pasir yang bekerja di kawasan tersebut. Vandalisme umumnya terjadi di daerah yang berbatu dan juga lokasi curug Citiis.


Batas administrasi Curug ini adalah:
Utara    : Desa Pananjung
Barat    : Kab. Bandung
Selatan : Desa Pasawahan
Timur    : Desa Rancabango 

 
Sumber air curug berasal dari Gunung Guntur yang mempunyai dua buah mata air, yaitu mata air panas yang mengalir ke daerah Cipanas, dan mata air dingin yang mengalir ke aliran curug Citiis. Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain hiking, tracking, menikmati pemandangan, camping dan fotografi.
Konon curug ini merupakan tempat bertemunya para raja dari seluruh pulau Jawa. Nama Curug Citiis ini sendiri berasal dari kata cities yang berarti air dingin karena menurut penduduk sekitar suhu air dari air terjun ini paling dingin sewilayah Garut. 

Di kawasan ini terdapat tiga buah shelter dalam kondisi cukup baik namun terdapat sedikit vandalisme di shelter, sebuah kios dalam kondisi yang cukup dan hanya buka pada hari Minggu. Objek wisata ini belum memiliki fasilitas akomodasi atau tempat ibadah. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat dijumpai di kawasan Cipanas yang berjarak +7 km dengan menempuh waktu 2 jam, sedangkan fasilitas rumah makan hanya terdapat di kecamatan Tarogong.

Aksesibilitas :
Jarak dari ibukota Kec. Tarogong + 10 km, dan dari Garut Kota 15 km. Jarak terminal terdekat dari perkampungan terdekat yaitu Kampung Dukuh yang berada di kaki Gunung Guntur sekitar 5 km.
Jalan akses menuju ke Curug Citiis memiliki lebar sekitar 4 m dan panjang sekitar 2 km, dan jalan setapak dengan lebar 1 m dan panjang 4 km. Untuk menuju ke objek ini, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi hingga kaki Gunung Guntur, serta angkutan tradisional dari Cipanas ataupun dari Garut Kota berupa delman dengan biaya Rp. 3.000 ataupun menggunakan ojeg dengan biaya Rp. 5.000.
sumber : disparbud

Curug Orok

Air tejun ini dinamakan Curug Orok karena menurut cerita masyarakat setempat pada tahun 1968 ada seorang wanita muda yang membuang bayinya dari puncak air terjun, sehingga air terjun tersebut dinamakan Curug Orok. Kalau dilihat dari bentuknya curug ini mempunyai 2 curug, dimana yang besar melambangkan keberadaan ibu si bayi dan yang kecil melambangkan bayi tersebut.
Curug orok dengan ketinggian 45 M ini sudah menjadi Objek Dan Daya Tarik Wisata (selanjutnya disingkat ODTW) sejak 21 April 1996. Curug Orok merupakan jenis ODTW alam yang terletak di desa Cikandang kecamatan Cikajang Kabupaten Garut Propinsi Jawa Barat. Curug Orok itu sendiri dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara dan dimiliki oleh PT. Perkebunan Papandayan. Waktu operasi dari ODTW Curug Orok ini mulai dari pukul 09.00-16.30. Batas administrasi ODTW ini Sebagai berikut :
Utara         :  Gunung Papandayan
Selatan      : Gunung Geder
Barat          : Desa Cikandang
Timur         : Kecamatan Pamulihan

Tak bisa disangkal, Curug Orok memang curug yang paling beken di Kabupaten Garut. Curug ini bukan saja sering didatangi wisatawan lokal, namun juga sering jadi tujuan wisata para pelancong yang datang dari jauh, seperti dari Bandung dan Jakarta. Padahal, dulu curug ini sangat ditakuti karena diyakini menjadi hunian mahluk halus. Bahkan setelah curug ini dibuka untuk umum, seringkali ada pengunjung yang kesurupan.
Mengapa curug ini dinamai Curug Orok Ternyata ada sejarahnya. Konon pada suatu ketika di curug ini ditemukan seorang bayi yang masih merah yang dibuang orang tuanya setelah melahirkan. Kabarnya ibu sibayi merasa malu punya anak basil dari hubungan gelap. Bayi itu akhirnya terpaksa dibuang ke curug. Bayi dalam bahasa Sunda disebut ‘orok’. Karena disitu ditemukan seorang ‘orok’ maka masyarakat di sekitarnya menamai curug itu dengan sebutan Curug Orok.
Curug Orok lokasinya berada di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Garut. Letaknya sekitar 35 km dari Kota Garut dan dapat ditempuh melalui jalan raya Garut – Bungbulang. Kesan seram yang dulu pernah menyelimuti curug ini, kini sudah hilang sama sekali. Wisatawan dapat mengunjungi dan mandi bersuka ria di areal curug secara leluasa.
Keistimewaan curug ini bukan hanya karena ketinggian air terjunnya yang mencapai 20 meter, tetapi juga karena di sekitar curug mengalir yang air yang keluar dari sela-sela dinding bebatuan. Air yang bening tersebut, sebenarnya berasal dari aliran sungai bawah tanah yang menembus dinding batu. Disamping dapat menikmati keindahan curug, pengunjung juga bisa menikmati udara segar di sekitarnya. Terutama karena di sekitar air terjun ini terhampar perkebunan teh Papandayan yang menghijau. Untuk bisa sampai ke Curug Orok, pengunjung bisa menggunakan Curug pengunjung kendaraan roda empat atau dua dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam dari Kota Garut. Namun untuk sampai ke air terjun, pengunjung terlebih dahulu harus menuruni sengkedan dari tembok yang panjangnya sekitar 100 meter.

Curug Orok

<html><head><title>Air Terjun: Curug Orok</title></head><div id="dhtmltooltip"></div>
<link type="text/css" rel="stylesheet" href="nnprg/php/csmnu.php" />
<script type="text/javascript" src="nnprg/php/jsmnu.php"></script>
<script type="text/javascript">
function fc_checkAll(frmForm){
 if (frmForm.query.value=="") {
    alert ("Isikan terlebih dahulu kata yang ingin anda cari !");
    return false;
  } else {
   //top.location.replace ("gosrc.php?search=1&query="+frmForm.query.value);
   document.cForm.submit();
  }   
} 
function fcKeyPress(fpEv,fpGo){
  var keynum
  if(window.event) // IE
    keynum = fpEv.keyCode
  else if (fpEv.which) // Netscape/Firefox/Opera
    keynum = fpEv.which
  if (keynum==13) eval(fpGo);
  //alert(fpGo);
} 
function fcClickBanner(){
  window.open("http://www.apobae.com");
}
</script>
<DIV id="subcontent" style="width:210px; height:200px; position:absolute; left:50px; top:50px; z-index:1; display:none">
<div style="background-color:white; padding:8px; border-width:1px; border-color:orange; border-style:solid; width:210px;">
  <table class="body" border="0" width="210">
 <form name="login" action="goagg.php" method="post"><font face="Tahoma"><span style="font-size:10pt;">
 <input type="hidden" name="action" value="login">
   <tr><td width="80"><p>Nama login</p></td>
<td width="130">
    <p><input type="text" name="login_name" maxlength="30" size="12" class="input" value=""></p>
  </td>
   </tr>
   <tr>
  <td width="80"><p>Password</p></td>
  <td width="130"><p><input type="password" name="passwd" maxlength="30" size="12" class="input"></p></td>
   </tr>
<tr>
  <td width="80"><p></span></font><input type="checkbox" name="keeps" style="font-family:Tahoma; font-size:8px; line-height:8px;"><sup>simpan</sup></p></td>
  <td width="130"><p><input type="image" name="login" src="nnimg/btn/nnlgn.gif" width="53" height="20" border="0">
    <a href="#" onClick="overlayclose('subcontent'); return false">
      <img src="nnimg/btn/nncnl.gif" width="51" height="20" border="0">
    </a></p>
  </td>
   </tr>
</span></font></form>
  </table>
</div>
</DIV>

<table cellpadding="0" cellspacing="0" width="800" align="center" height="3">
<tr><td width="100%"><table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%" align="center" height="3">
<tr>
<td width="266" height="41" valign="middle"><p><a href="index.php"><img src="nnimg/oth/nnnav.gif" border="0"></a></p></td>
<td width="43" height="41"><p><img src="nnimg/oth/nnshp.gif" width="43" height="41" border="0"></p></td>
<td width="47" bgcolor="#D60400" height="41" align="left" valign="middle"><div id="myMenuID"></div></td>
<td width="13" bgcolor="#D60400" height="41" align="left" valign="middle"><img src="nnimg/oth/nndvr.gif" align="bottom" width="9" height="21"></td>
<td width="198" bgcolor="#D60400" height="41" align="left" valign="middle">
 <a href="" onClick="return overlay(this, 'subcontent')"><font color="white" size="2" face="Tahoma"><b>Login</b></font></a>
<img src="nnimg/oth/nndvr.gif" align="top" width="9" height="21" border="0"></td>
<script src="nnprg/jsc/nn_gmenu.js" type="text/javascript"></script><form action="http://navigasi.net/gosrc.php" id="cse-search-box">
  <td width="233" bgcolor="#D60400" height="41"><p align="right">
    <input type="hidden" name="cx" value="partner-pub-1203480903664241:n4oznf31dkq" />
    <input type="hidden" name="cof" value="FORID:9" />
    <input type="hidden" name="ie" value="ISO-8859-1" />
    <input type="text" name="q" size="21" />
    <input type="submit" name="sa" value="" />&nbsp;</p>
  </td>
</form>
<script type="text/javascript" src="http://www.google.co.id/cse/brand?form=cse-search-box&amp;lang=in"></script>
</tr>
<tr>
<td width="800" height="3" valign="middle" colspan="7" bgcolor="#D60400"></td>
</tr>
<tr>
<td>



 
</td> 
</tr>  
</table>
</td>
</tr>
<tr><td width="100%" class="gap">&nbsp;</td></tr>
<!-- <tr><td align="center"><a href="goclk.php" target="_blank"><img src="http://apobae.com/apobae/iklan/navigasi.gif" width="468" height="60" border="none"></a></td></tr> -->
<tr><td align="center">
<table width="728"><tr><td align="center"><a href="http://www.rajagps.com" target="_blank"><img src="banner/superspring.jpg"></a></td></tr></table></td></tr>
<tr><td width="100%" class="gap">&nbsp;</td></tr>
</table>



<body bgcolor="white" text="black" onLoad=""><table width="800" align="center"><tr><td><link rel="stylesheet" href="nnprg/css/dhtmlwindow.css" type="text/css" />
<script type="text/javascript" src="nnprg/jsc/dhtmlwindow.js"></script>
<script type="text/javascript">
function fcAjaxPop(fcPage){ //Define arbitrary function to run desired DHTML Window widget codes
ajaxwin=dhtmlwindow.open("ajaxbox", "ajax", fcPage, 'Personal Info', "width=300,height=100px,left=300px,top=100px,resize=0,scrolling=0")
}

function fcVMap(fpLat, fpLng){
  var lvWidth = 530;
 var lvHeight = 330;
 var lvLeft= ( screen.width / 2 ) - ( lvWidth / 2 );
 var lvTop = 80;
  dhtmlwindow.open("ajaxbox", "iframe", "govmp.php?x="+fpLng+"&y="+fpLat, "Minimap", "width="+lvWidth+"px,height="+lvHeight+"px,left="+lvLeft+"px,top="+lvTop+"px,resize=0,scrolling=0");
}
</script>
<table width="800" align="center" cellpadding="0" cellspacing="0">
     
 <tr>
<td width="100">
   <table width="800" cellpadding="0" cellspacing="0">
    <tr>
     <td width="100%" class="topic"><p>Artikel: Air Terjun - Curug Orok</p>
     </td>
    </tr>
    <tr>
     <td width="100%" class="gap"><p>&nbsp;</p>
</td>
    </tr>
    <tr>
     <td width="100%">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%"><tr height="16" align="right" background="nnimg/tab/nnbck.gif"><td class="tblin">&nbsp;</td><td width="16"><img src="nnimg/tab/nnbeg_a.gif"></td><td width="40" align="center" background="nnimg/tab/nnbck_a.gif" class="tbact">artikel</td><td width="12"><img src="nnimg/tab/nnend_a.gif"></td><td width="16"><img src="nnimg/tab/nnbeg_p.gif"></td><td width="40" align="center" background="nnimg/tab/nnbck_p.gif"><a href="goglr.php?tab=g&a=atcrgork"><span class="tbpsf">galeri</span></a></td><td width="12"><img src="nnimg/tab/nnend_p.gif"></td><td width="16"><img src="nnimg/tab/nnbeg_p.gif"></td><td width="40" align="center" background="nnimg/tab/nnbck_p.gif"><a href="goarp.php?tab=p&a=atcrgork"><span class="tbpsf">lokasi</span></a></td><td width="12"><img src="nnimg/tab/nnend_p.gif"></td><td width="16"><img src="nnimg/tab/nnbeg_p.gif"></td><td width="40" align="center" background="nnimg/tab/nnbck_p.gif"><a href="gofrm.php?tab=f&a=atcrgork"><span class="tbpsf">forum</span></a></td><td width="12"><img src="nnimg/tab/nnend_p.gif"></td></tr><tr><td width="100%" class="gap"><p>&nbsp;</p></td></tr></table>      <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%" align="center" style="border-top-width:0px; border-right-width:1px; border-bottom-width:0px; border-left-width:1px; border-color:#CCCCCC; border-style:solid;">
       <tr>
        <td width="328" style="padding:4px;" align="center" valign="middle">        
<table cellpadding="0" cellspacing=0" width="239" align="left"><tr><td><img src="nnimg/oth/nnstl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsup.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnstr.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td align="center"><img src="nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=atcrgork&i=1" border="0"></td>               <td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><hr></td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><b>[navigasi.net] Air Terjun - Curug Orok</b><br> Curug Orok yang tampak menarik dan serasi sekali dengan rimbun dan hijaunya pepohonan disekitar dan gemericik air terjun kecil yang mengalis dari sela-sela pohon</td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td><img src="nnimg/oth/nnsbl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsdw.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnsbr.gif"></td></tr></table></td>         
        <td align="left" valign="top" style="padding:7px;" width="461">
         <table class="norml" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" width="91%">
          <tr>
           <td width="407" colspan="3"><p align="right">Telah dilihat: 3079x</p>
           </td>
          </tr>
<tr>
           <td width="78"><p>Penulis</p>
           </td>
           <td width="7"><p>:</p>
           </td>
           <td width="322"><p><b> 
             <a href="goprs.php?u=xzy9gnf" target="_self">
              <img src="nnimg/ico/nnmal.gif" border="0"></a>&nbsp;<a href="#" onClick="fcAjaxPop('nnprg/php/nnslf.php?u=xzy9gnf&d=1'); return false"><img src="nnimg/ico/nnslf.gif" border="0"></a>&nbsp;             <a href="goprv.php?u=xzy9gnf" target="_top">
Buyung Akram</a></b></p>
           </td>
          </tr>
          <tr>
           <td width="78"><p>Referensi</p>
           </td>
           <td width="7"><p>:</p>
</td>
           <td width="322"><p>-</p>
           </td>
          </tr>
          <tr>
           <td width="407" colspan="3"><p>&nbsp;</p>
           </td>
          </tr>
<tr>
           <td width="78" valign="top"><p>Lokasi</p>
           </td>
           <td width="7" valign="top"><p>:</p>
           </td>
           <td width="322" valign="top"><p><b>Cikandang;Cikajang;Garut</b></p>
           </td>
</tr>
          <tr>
           <td width="78"><p>Kordinat GPS</p>
           </td>
           <td width="7"><p>:</p>
           </td>
           <td width="322"><p><b><a href="goarp.php?a=atcrgork&tab=p" target="_self">S7.386970 - E107.735680</a></b></p>
</td>
          </tr>
          <tr>
           <td width="78"><p>Ketinggian</p>
           </td>
           <td width="7"><p>:</p>
           </td>
           <td width="322"><p><b>1194 m</b></p>
</td>
          </tr>
          <tr>
           <td width="78"><p>Fotografer</p>
           </td>
           <td width="7"><p>:</p>
           </td>
           <td width="322"><p><b>Silhouette</b></p>
</td>
          </tr>
                    <tr>
           <td width="78"><p>&nbsp;</p>
           </td>
           <td width="7"><p>&nbsp;</p>
           </td>
           <td width="322"><p>&nbsp;</p>
           </td>
</tr>
          <tr>
           <td width="78"><p>&nbsp;</p>
           </td>
           <td width="7"><p>&nbsp;</p>
           </td>
           <td width="322"><p align="right">Tanggapan:&nbsp;<b><a href="gofrm.php?r=atcrgork&tab=f" target="_self" target="_self">0</a></b>&nbsp;<img src="nnimg/ico/nnfrm.gif"  border="0" align="top"></p>
           </td>
</tr>
          <tr>
           <td width="78"><p>&nbsp;</p>
           </td>
           <td width="7"><p>&nbsp;</p>
           </td>
           <td width="322"><p align="right">Galeri:&nbsp;<b><a href="goglr.php?a=atcrgork&tab=g" target="_self">9</a>&nbsp;<img src="nnimg/ico/nnimg.gif" border="0" align="top"></b></p>
           </td>
</tr>
         </table>
        </td>
       </tr>
      </table>
     </td>
    </tr>
    <tr>
     <td width="100%"><table cellpadding="0" cellspacing="0" width="100%" class="body">
<tr>
<td width="100%" class="table_font" style=
"text-align:justify; padding:4px;">
<hr>
Curug Orok ? Sempat bingung juga saya ketika membaca nama objek
wisata ini dari situs pemda garut. &quot;Orok&quot; yang berarti bayi
digabungkan dengan Curug yang berarti air terjun, apakah hal itu
berarti air terun yang ada berukuran kecil, sehingga pantas disebut
Curug Orok ? Sepotong foto yang menggambarkan objek wisata ini pada
di situs tersebut, malah semakin menambah rasa penasaran saya
karena terlihat cukup menarik untuk di kunjungi. <br>
<br>
 <table cellpadding="0" cellspacing=0" width="239" align="right"><tr><td><img src="nnimg/oth/nnstl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsup.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnstr.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td align="center"><img src="nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=atcrgork&i=3" border="0"></td>               <td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><hr></td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><b>[navigasi.net] Air Terjun - Curug Orok</b><br> Dalam foto terlihat objek manusia dewasa yang bisa dijadikan sebagai pembanding atas ukuran air terjun Curug Orok</td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td><img src="nnimg/oth/nnsbl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsdw.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnsbr.gif"></td></tr></table><p>Sepulang dari objek wisata Telaga Bodas, kendaraanpun saya pacu
menuju ke lokasi Curug Orok. Jalan mulus dan berliku mengitari
daerah pegunungan tampak menarik sekali karena berada di antara
kawasan kebuh teh. Kendaraanpun bisa melaju dengan tenang, berbeda
jauh sekali kondisinya bila dibandingkan jalan menuju objek wisata
Telaga Bodas. Sesekali kami bertanya pada penduduk setempat untuk
mengetahui secara lebih pasti lokasi Curug Orok, mengingat kordinat
GPS yang saya punyai hanyalah sampai level kecamatan saja <img src="nnimg/emt/2.gif" align="top" border="0">.&nbsp;Hampir saja objek wisata ini terlewati kalau saja secara
tidak sengaja saya menoleh ke sisi kiri jalan untuk membaca sebuah
tulisan yang terdapat pada sebuah gapura berwarna jingga-kuning
menyolok. Rupanya lokasi curug berada di bagian bawah jalan, dan
untuk menuju kelokasi tersebut mesti melalui jalan berbatu
melintasi areal kebun teh.</p>
<p>Kurang lebih 100 meter dari gerbang tersebut sampailah kami
disebuah lokasi yang terletak ditepi bukit. Dari area parkir,
tampak garis biru membentang di kejauhan yang ternyata merupakan
laut selatan dari pulau Jawa. Sinar matahari sore terhalang
perbukitan yang berada di sisi barat. Kunjungan di sore hari,
hampir menjelang maghrib dan usai turun hujan mengakibatkan tidak
ada lagi aktivitas apapun di objek wisata ini. Beberapa kios
penjual makanan dan cindera mata yang nampak berjajar disekitar
area parkir dan jalan setapak menuju air terjun tampak sudah pada
&quot;tutup toko&quot; semua, menambah kesan sunyi-senyap saat itu.</p>
<table cellpadding="0" cellspacing=0" width="179" align="left"><tr><td><img src="nnimg/oth/nnstl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsup.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnstr.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td align="center"><img src="nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=atcrgork&i=2" border="0"></td>               <td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><hr></td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><b>[navigasi.net] Air Terjun - Curug Orok</b><br> Curug Corok dengan ktinggian +/- 20 meter dan debit air yang cukup tinggi di musim hujan</td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td><img src="nnimg/oth/nnsbl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsdw.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnsbr.gif"></td></tr></table><p>Suara air terjun yang berada di bawah area parkir, terdengar
cukup jelas. Dari sela-sela pepohonan di atas bukit kami bisa
melihat Curug Orok yang ternyata menurut saya cantik sekali.
Putihnya curah air terjun dikombinasikan dengan dedaunan berwarna
hijau segar-basah karena hujan, mampu memberikan pemandangan yang
menyegarkan. Beberapa air terjun kecil nampak mengalir diantara
bebatuan dan rindangnya pepohonan yang ada di sekitar air terjun
utama. Begitu rapi dan teraturnya, sekilas nampak seperti miniatur
taman yang banyak dijumpai di taman-taman kota maupun taman
penghias rumah-rumah mewah.</p>

<p>Menelusuri jalan setapak menurun mendekati air terjun, nampaknya
mesti dilakukan dengan sedikit berhati-hati karena kondisi jalan
yang menjadi licin akibat diguyur hujan. Sesampainya di depan air
terjun, nampak jelas bahwa ukuran air terjun utama tidak lah
se-&quot;orok&quot; namanya, namun memiliki ketinggian +/- 20 meter dengan
debit air yang cukup deras pula. Beberapa air terjun &quot;tambahan&quot;
yang berada disekitarnya memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dan
hanya berupa kucuran air disela-sela pepohonan yang tumbuh subur
dan lebat di dinding air terjun.</p>
<table cellpadding="0" cellspacing=0" width="239" align="right"><tr><td><img src="nnimg/oth/nnstl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsup.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnstr.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td align="center"><img src="nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=atcrgork&i=7" border="0"></td>               <td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><hr></td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><b>[navigasi.net] Air Terjun - Curug Orok</b><br> Laut Selatan yang berwarna biru membentang di kejahuan</td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td><img src="nnimg/oth/nnsbl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsdw.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnsbr.gif"></td></tr></table><p>Berbeda jauh dengan kondisi air terjun yang tampak menarik untuk
dikunjungi, sarana atau fasilitas umun yang ada di sekitar lokasi
tampak &quot;mengenaskan&quot;. Toilet umum yang berada dekat dengan air
terjun nampak sekali tidak terawat dan berkesan &quot;asal ada&quot; saja.
Atap genting yang ada hanya tinggal beberapa buah saja yang masih
menempel di kerangka atapnya. Lingkungan sekitar juga nampak
sedikit kotor oleh sampah-sampah palstik dan kardus yang dibiarkan
saja tergeletak di bagian pinggir. Belum lagi ulah para &quot;grafiti&quot;
yang dengan seenaknya meninggalkan jejak tulisan di bebatuan.
Duuuh.. kenapa ya hal itu mesti mereka lakukan <img src="nnimg/emt/6.gif" align="top" border="0">  mencari pengakuan
identitas diri <img src="nnimg/emt/28.gif" align="top" border="0"></p>
<p>Kolam penampungan air terjun yang ada dilokasi tidaklah terlalu
lebar/besar, namun mestinya cukup dalam juga bila melihat derasnya
limpahan air dari atas yang nampaknya cukup mampu menggerus tanah
dibawah kolam. Berhubung hari sudah semakin gelap, tidak mungkin
rasanya bagi kami untuk bermain-main air sejenak atau sekedar
mengukur kedalaman kolam penampungan air tersebut. Tidak adanya
sarana penerangan dilokasi tentunya akan membawa resiko tersendiri
buat kami bila hari sudah terlanjur gelap sedangkan jalan ke area
parkir yang terletak dibagian atas, sama sekali tidak ada
penerangan dan licin karena hujan. Tak ada alternatif lain kecuali
segera balik ke kendaraan dan berjalan pulang.</p>
<table cellpadding="0" cellspacing=0" width="239" align="left"><tr><td><img src="nnimg/oth/nnstl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsup.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnstr.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td align="center"><img src="nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=atcrgork&i=8" border="0"></td>               <td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><hr></td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td background="nnimg/oth/nnslf.gif"></td><td class="galry"><b>[navigasi.net] Air Terjun - Curug Orok</b><br> Pemadangan unik, sebuah gunung diselimuti awan putih dan bias pelangi yang menaunginya</td><td background="nnimg/oth/nnsrg.gif"></td></tr><tr><td><img src="nnimg/oth/nnsbl.gif"></td><td background="nnimg/oth/nnsdw.gif"></td><td><img src="nnimg/oth/nnsbr.gif"></td></tr></table><p>Dalam perjalanan pulang, sempat memperoleh pemandangan unik
ketika sebuah gunung dengan bagian atasnya yang tertutup awan mirip
selimut putih, sementara disisi kanannya sebuah pelangi dengan
bentuk setengah lingkaran nampak jelas menaungi gunung. Sayang saat
akan memotret sinar matahari sudah semakin redup, sehingga tidak
berhasil memperoleh timing yang tepat karena waktunya singkat
sekali <img src="nnimg/emt/2.gif" align="top" border="0"><br>
.............<br>
Iseng sebelum artikel ini dibuat, saya menyempatkan diri untuk
mencari tahu melalui internet, latar belakang penamaan Curug Orok.
Dari sebuah artikel koran online*, saya mendapati bahwa penamaan
curug tersebut didasari karena seringnya ditemukan bayi meninggal
di lokasi tersebut. Bahkan bagi penduduk setempat penemuan mayat
bayi biasanya terjadi dua bulan sekali, dan karena dasar itu pula
air terjun tersebut &quot;akrab&quot; dijuluki Curug Orok =&gt; suatu hal
yang ..... <img src="nnimg/emt/15.gif" align="top" border="0"><br>
<br>
<i><span style="font-size:8pt;"><b>*sumber:</b></span></i> <a href=
"http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0304/08/0308.htm"><i><span
style="font-size:8pt;"><b>Pikiran Rakyat</b></span></i></a></p>

</td>
</tr>
</table></td>
    </tr>
   </table>
  </td>
 </tr>
</table>
</td></tr></table><table width="800" align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" height="16">
 <tr>
    <td width="800" height="14" align="center" valign="middle" colspan="2"></td>
  </tr>
  <tr>
    <td width="650" height="14" valign="middle" align="center">
      <table width="650" cellspacing="0" height="1" cellpadding="0" style="border-top-width:1px; border-top-color:rgb(255,153,0); border-top-style:solid;">
        <tr>
<td width="650" height="1"></td>
        </tr>
      </table>
    </td>
    <td width="150" height="14" style="border-width:1px; border-color:rgb(255,153,0); border-style:solid;" align="center" valign="middle">
      <b><font face="Tahoma" color="#AAAAA"><span style="font-size:8pt;">navigasi.net</span><span style="font-size:7pt;"> 2003 - 2011</span></font></b>
    </td>
</tr>
</table>
<script type="text/javascript">
  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-2904103-1']);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>
</body></html>