Emond Monte

Rika Agustin (Emond Monte)

Senin, 18 April 2011

Kawah Kamojang



Di Jawa Barat terdapat berbagai wisata hutan atau pergunungan dengan kawah-kawahnya yang memiliki berbagai keunikan. Misalnya di suatu kawasan pergunungan terdapat sumber air panas yang mengandung mineral yang berguna bagi penyembuhan berbagai penyakit.

Kawasan lain mungkin mempunyai potensi untuk bumi perkemahan (forest park ), ataupun penjelajahan hutan (forest adventure, forest hiking ). Kawah Kamojang sebagai taman wisata alam (TWA) di Jawa Barat memang masih belum pop­uler. Apalagi jika ia dibandingkan dengan TWA Kawah Putih di Ci­widey, atau apalagi Kawah Gunung Tangkuban Perahu (Lembang), dan Kawah Papandayan (Cisurupan),. TWA Kawah Kamojang yang ter­letak di perbatasan Kab. Bandung dan Garut ini masih kalah jauh pamornya.

Keberadaannya seakan tersembunyi di balik pipa-pipa berwarna perak yang menghubungkan lubang sumur uap milik Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang. Padahal, keelokannya sudah dike­tahui sejak tahun 1918. Saat itu seo­rang Belanda, J.B. Van Dijk melakukan perjalanan dan men­gusulkan pemanfaatan sumber en­ergi panas bumi di Kamojang yang tercatat memiliki lebih dari 25 lubang kawah.

Beberapa lubang lainnya lokasinya berpindah-pindah. Tawaran paling menantang ialah untuk berkun­jung ke Kawah Kamojang yang ber­jarak 38 km dari pusat Kota Ban­dung dan 25 km dari Kota Garut.  Bukan sekadar bau belerang yang menusuk hidung dan kepulan asap putih membumbung keluar dari lubang-lubang kawah tetapi berbagai suara khas yang dikeluar­kan dari masing lubang kawah.

Karena kekhasannya itulah be­berapa kawah dinamai berdasarkan suara. Seperti Kawah Manuk, dina­mai karena dalam satu areal kawah yang terdiri atas beberapa lubang mengeluarkan suara seperti burung (manuk). Kawah Kareta dinamai demikian karena bunyinya seperti bunyi kereta api yang sesekali diser­tai suara peluit. Ada juga Kawah Stik Gas yang mengeluarkan gas dari lubang tanah. Kemudian Kawah Leutak, bentuk kawahnya becek seperti rawa, Kawah Sakarat karena kawah tersebut berbunyi seperti orang yang sedang sekarat mau mati.

Selain itu, ada Kawah Kamojang, Kawah Berecek, Kawah Hujan, Kawah Beureum, dan lainnya. Umumnya wisatawan yang datang ke TWA Kamojang merasa tertarik kepada Kawah Hujan dan Kawah Beureum. Letak keduanya berdampingan. Kawah Hujan men­geluarkan semburan uap panas bu­mi dari lubang-lubang tanah dan turun kembali seperti jatuhnya air hujan. Semburan uap panas bumi dari lubang tanah di Kawah Hujan sewaktu-waktu cukup tinggi dan mengeluarkan percikan air seperti hujan yang indah dan menakjubkan.

Wisatawan sengaja duduk-duduk di bebatuan sekitar kawah dengan maksud merasakan air dan uap panasnya. Di tempat ini penulis, merasakan seperti mandi uap atau sauna. Menurut pak Koko yang menjadi pawang di kawasan kawah Kamojang dan yang membimbing kami ke kawah ini, semburan asap alam yang penuh kandungan mineral ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Penyakit itu  antara lain penyakit kulit, reumatik, asam urat, kolesterol, kelebihan lemak badan, jantung dan kanker paru-paru.

Setelah selesai 15 menit merasakan semburan uap agak panas ini ternyata penulis merasakan kesegaran dan kenyamanan tubuh yang sukar digambarkan. Di samping kawah hujan ini ada lagi jenis semprotan air panas yang keluar dari lubang-lubang kecil yang digunakan untuk terapi seperti apukuntur. Badan kita yang oleh pak Koko diminta untuk membelakangi semburan, tiba-tiba memperoleh semprotan air panas ke sekitar tubuh kita, mulai dari ujung kaki sampai ke kepala.

Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum akupuntur. Semula agak sakit karena panas. Tapi lama-lama terasa nikmat juga. Sangat menyegarkan setelah selesai 15 menit disemprot air panas kawah yang satu ini. Memperoleh semburan uap panas bumi, serta tusukan air panas ala akupuntur tadi, banyak dirasakan wisa­tawan sebagai pengalaman unik dan penuh sensasi. Kita akan merasakan pengalaman yang mendebarkan, menegangkan, sekaligus merasa khawatir sewaktu-waktu lubang-lubang kawah dengan suara bergemuruh memuntahkan isinya.

Saya sempat berbincang-bincang dengan seorang turis Australia. Katanya  ia baru pertama kalinya datang ke tempat ini. Dia sangat terkesan dapat menikmati mandi sauna uap kawah di samping keindahan alam pergunungannya. It’s so fantastic, and hopely I’ll return to this place as soon as possible. Demikian katanya sewaktu berdampingan dengan penulis menikmati sauna alam kawah Hujan di Kamojang.

Selain itu pengunjung juga dapat mencoba menggunakan lumpur lulur Kamojang. Di beberapa sudut kawah terdap­at sumber lumpur belerang yang mendidih berwarna abu-abu menyembul dari dalam tanah.
Menurut pak Koko dan penduduk setempat lumpur ini berkhasiat untuk kese­hatan kulit. Bahkan sejak dahulu, sering digunakan untuk member­sihkan kulit kokoloteun dan ke­tombe di kulit kepala.
Selepas berlu­lur lumpur berendam di air panas menjadi pilihan yang wajib di­lakukan. Ada beberapa kamar man­di yang disewakan.

Perjalanan menuju Kawah Kamojang merupakan perjalanan wisata yang cukup menyenangkan baik melalui Majalaya ke Ibun Paseh, maupun melalui Kota Garut seterusnya ke Samarang. Pemandangan pegunungan serta perkebunan sayur-sayuran warga cukup menyejukkan mata. Agro wisata yang sangat potensial terdapat di setiap lereng-lereng pergunungan.

Di lapangan parkir terdapat beberapa warung makan dan minuman. Di warung paling ujung milik pak Koko dijual minuman berkhasiat yaitu air rebusan lame koneng yang berfungsi seperti jamu. Rasanya sepet agak pahit. Katanya jamu itu dapat menyembuhkan berbagai penyakit antara lain tekanan darah tinggi, penyakit gula, dan lemah syahwat. Khasiatnya tidak jauh berbeda dengan rebusan akar naga atau akar pasak bumi pada beberapa tempat lain. Harganya cukup murah hanya 500 rupiah per gelas.

Selain itu disetiap warung tersedia pula minuman khas daerah sana yaitu bandrek. Ada pula warung makan sederhana yang menjual makanan seperti nasi liwet beserta lauk pauknya. Tidak jauh dari warung-warung tersebut terdapat pula beberapa kamar mandi air panas dan toilet.

Ada beberapa masalah yang perlu segera diperbaiki dalam manajemen objek wisata Kawah Kamojang ini, antara lain:
1.    Petunjuk jalan ke kawasan wisata ini kurang jelas. Bahkan ada beberapa papan petunjuk yang mengaburkan misalnya “Dilarang Masuk Tanpa Izin”, serta “Dilarang Merokok” dan sebagainya” Namun tidak jelas daerah mana yang tidak boleh dimasuki itu. Sehingga penulis sendiri pada waktu pertama kali berkunjung ke objek wisata ini terpaksa bertanya ke sana-sini, sampai-sampai kendaran terpaksa berputar bolak-balik.
2.    Jalan masuk ke daerah objek wisata taringgul alias jelek karena banyak berbatu-batu dan tak terurus. Padahal biaya masuk cukup mahal. Per orang dipungut biaya 5.000 rupiah dan untuk kendaraan 5.000 rupiah per mobil. Biaya mandi per orang 2.500 rupiah serta toilet 1.000 rupiah.
3.    Kurang terdapatnya promosi baik di kawasan wisata maupun di Kabupaten Bandung dan Garut, mengenai keunikan objek wisata Kawah Kamojang ini. Yaitu promosi kawasan itu sebagai Wisata Kesehatan, Wisata Alam, Wisata Agro, Wisata Kuliner, Bumi Perkemahan maupun Perambahan Hutan (forest hiking). Mudah-mudahan hal-hal tersebut akan mendapat perhatian para pengelola wisata, baik pihak Pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

1 komentar:

  1. wah ini gua suka, sempet saya kesana pake trail..
    lewat pintu samping... gila jalanya ancur..
    tks.

    BalasHapus